Review: Lady Bird (2017)


Sekilas, Lady Bird mungkin terlihat seperti film-film drama remaja sepantarannya: menampilkan sosok remaja yang sedang berusaha mencari jati dirinya dan, dalam perjalanan tersebut, menghasilkan konflik dengan orang-orang terdekatnya. Familiar. Meskipun begitu, dengan kehandalannya dalam mengeksplorasi setiap karakter maupun friksi pengisahan yang dihadirkannya, film yang menjadi debut pengarahan bagi aktris Greta Gerwig ini mampu menjadikan elemen kefamiliaran kisah tersebut menjadi senjata kuat guna mengikat perhatian setiap penontonnya. Juga didukung dengan penampilan prima para pemerannya – mulai dari Saoirse Ronan, Timothée Chalamet, hingga Laurie Metcalf, Lady Bird berhasil menjadi sebuah presentasi pengisahan coming-of-age yang hangat dan seringkali mampu menyentuh dan jelas tidak akan mudah dilupakan begitu saja.

Dengan naskah cerita yang juga digarap oleh Gerwig, Lady Bird memulai pengisahannya dengan memperkenalkan sang karakter utama, seorang remaja perempuan bernama Christine McPherson (Ronan) yang lebih memilih agar setiap orang memanggilnya dengan nama Lady Bird. Lahir dan tumbuh dewasa di kota Sacramento, California yang dinilai begitu membosankan bagi kepribadiannya, Lady Bird semenjak lama telah bermimpi untuk pindah ke wilayah yang dirasakannya lebih “hidup.” Kesempatan itu datang ketika Lady Bird akan melanjutkan pendidikannya di tingkat universitas. Namun, keinginan tersebut ditolak oleh sang ibu, Marion McPherson (Metcalf) yang menilai bahwa Lady Bird terlalu ceroboh untuk hidup sendiri di kota yang lebih besar – selain karena alasan ekonomi yang dirasakan akan membebani keluarga mereka. Pertentangan tersebut secara perlahan menimbulkan konflik terbuka antara Lady Bird dengan ibunya.

Terlepas dari pengisahan yang terkesan familiar akan usaha seorang remaja dalam menemukan dan/atau menentukan jati dirinya, Lady Bird hadir dengan pengolahan naskah cerita yang berkualitas cukup istimewa. Penataan Gerwig akan deretan karakter serta konflik yang disajikannya dalam Lady Bird mampu menghindarkan film ini untuk jatuh ke jurang pengisahan drama remaja murahan. Setiap karakter hadir memberikan dorongan dan kontribusi tersendiri pada bangunan penceritaan. Hasilnya, setiap konflik mampu disajikan secara utuh dan dengan sentuhan emosional yang cukup kuat. Karakter Lady Bird yang berada di garda penceritaan terdepan juga dapat disajikan sebagai sosok karakter yang mudah untuk disukai. Berbagai gejolak emosi yang dirasakannya diterjemahkan oleh Gerwig secara sempurna melalui deretan konflik yang ia hadapi. Terasa nyata dan sama sekali tidak pernah tampil mengada-ada.

Sebagai sebuah debut pengarahan, Gerwig jelas telah berhasil menampilkan kemampuan pengarahan terbaiknya untuk Lady Bird. Selain mampu menyajikan pengisahan dengan gambaran konflik maupun karakter yang tertata dengan rapi, pengarahan Gerwig juga mendorong film ini untuk tampil bercerita dengan kuat. Lady Bird adalah sebuah presentasi cerita yang bertumpu pada setiap karakter untuk mampu mengembangkan setiap konflik yang disajikan. Pengarahan Gerwig berhasil memberikan setiap karakter kesempatan untuk menampilkan pengisahan mereka masing-masing yang kemudian memberikan sebuah keutuhan warna bagi karakterisasi sang karakter utama. Sentuhan artistik Gerwig, mulai dari pemilihan warna gambar, desain produksi, hingga lagu-lagu yang mengisi setiap adegan film juga mendukung atmosfer pengisahan yang ingin ia tonjolkan dalam Lady Bird. Jelas merupakan sebuah debut pengarahan yang impresif.

Gerwig jelas mendapatkan dukungan penuh dari penampilan akting yang diberikan Ronan dan para pengisi departemen aktingnya. Sebagai seorang remaja dengan jiwa yang dipenuhi berbagai gejolak emosi masa muda, Ronan berhasil menampilkan karakter Christine McPherson (atau Lady Bird) sebagai sosok yang begitu membumi. Setiap emosi dari karakter yang diperankannya mampu dihadirkan secara meyakinkan. Interaksi yang terbangun dan terjalin antara karakter yang diperankan Ronan dengan karakter-karakter yang diperankan oleh para pemeran pendukung seperti Metcalf, Chalamet, Lucas Hedges, Beanie Feldstein, dan Tracy Letts juga hadir dengan jalinan chemistry yang hangat. Metcalf, khususnya, mampu membangun sosok karakter ibu yang sama keras kepalanya dengan karakter Christine McPherson namun di saat yang bersamaan juga terasa tampil dengan rasa kasih sayang yang begitu kuat. Hubungan ibu dan anak yang terbentuk antara kedua karakter tersebut seringkali menghasilkan momen-momen emas dalam penceritaan Lady Bird. [B-]

lady-bird-timothee-chalamet-saoirse-ronan-greta-gerwig-movie-posterLady Bird (2017)

Directed by Greta Gerwig Produced by Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O’Neill Written by Greta Gerwig Starring Saoirse Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothée Chalamet, Beanie Feldstein, Lois Smith, Stephen McKinley Henderson, Odeya Rush, Jordan Rodrigues, Marielle Scott, John Karna, Jake McDorman, Bayne Gibby, Laura Marano, Marietta DePrima, Daniel Zovatto, Kristen Cloke, Andy Buckley, Kathryn Newton, Myra Turley, Bob Stephenson Music by Jon Brion Cinematography Sam Levy Edited by Nick Houy Production company Scott Rudin Productions/Management 360/IAC Films Running time 93 minutes Country United States Language English

One thought on “Review: Lady Bird (2017)”

Leave a Reply