Review: Split (2017)


Sutradara M. Night Shyamalan (After Earth, 2013) dan produser Jason Blum (Insidious: Chaper 3, 2015) pertama kali saling bekerjasama untuk The Visit pada tahun 2015 lalu. Film thriller yang dibuat dengan bujet minimalis sebesar US$5 juta itu ternyata mampu mengundang reaksi positif, baik dari kalangan kritikus yang menilai Shyamalan mulai bangkit dari keterpurukannya setelah mengarahkan The Last Airbender (2010) dan After Earth yang gagal total maupun dari kalangan penikmat film dunia yang membuat The Visit kemudian sukses meraih pendapatan sebesar US$98.5 juta dari perilisannya di seluruh dunia. Kesuksesan kerjasama Shyamalan dan Blum tersebut kini berlanjut dalam Split – sebuah psychological horror yang naskah ceritanya juga ditulis sendiri oleh Shyamalan. Dibantu dengan penampilan fenomenal James McAvoy, Split sekali lagi menunjukkan bahwa Shyamalan yang dahulu pernah dikagumi karena kemampuannya yang handal dalam mengontrol ritme pengisahan film-film dari genre horor dan thriller kini telah kembali dengan kemampuan pengarahannya yang bahkan semakin matang.

Seperti halnya film-film Shyamalan yang lain, lebih sedikit yang Anda ketahui tentang jalan cerita film ini maka akan lebih banyak pengalaman sinematis yang akan dapatkan ketika menyaksikan Split. But anyway… pengisahan film ini sendiri dimulai ketiga tiga remaja perempuan, Casey (Anya Taylor-Joy), Claire (Haley Lu Richardson) dan Marcia (Jessica Sula), diculik dan ditahan oleh “Dennis”, salah satu dari 23 kepribadian yang dimiliki oleh seorang pemuda bermasalah bernama Kevin Wendell Crumb (James McAvoy). Kevin sendiri sepertinya tidak menyadari bahwa “Dennis” dan beberapa kepribadiannya yang lain sedang terlibat dalam sebuah tindakan kriminal dan bahkan menyusun rencana untuk melakukan sebuah tindakan kriminal yang lain. Sementara itu, Casey, Claire dan Marcia, yang mulai menyadari ada sesuatu hal yang aneh dari diri penculik mereka, mulai mengumpulkan ide untuk keluar dan melarikan diri dari tempat mereka disekap. Ketiganya harus memburu waktu karena “Dennis” dan kepribadian Kevin lainnya bersiap untuk mengorbankan mereka dalam sebuah acara “persembahan.”

Shyamalan memulai perjalanan Split dengan cukup kuat. Perkenalan penonton dengan karakter-karakter protagonis dan antagonis dalam jalan cerita film ini – termasuk beberapa kepribadian yang dimiliki oleh karakter Kevin Wendell Crumb, mampu dihadirkan secara dinamis dengan Shyamalan membuka hubungan antara setiap karakter secara perlahan namun akan berhasil membuat penonton mulai menebak kemana Shyamalan akan membawa mereka dalam perjalanan misterinya kali ini. Sebuah sentuhan a la Alfred Hitchcock yang sangat khas dan Shyamalan mampu memaksimalkannya secara sempurna. Sayang, memasuki paruh kedua pengisahan, Shyamalan mulai terasa kehilangan kontrol atas pengisahan filmnya. Beberapa karakter yang awalnya tampil dominan di bagian pembuka film kemudian menghilang begitu saja tanpa pernah diberikan pengggalian kisah yang lebih baik. Konflik yang disajikan Shyamalan juga mulai terasa berjalan stagnan – hal yang kemudian membuat Split terasa bertele-tele dalam mengeksekusi paruh pertengahan cerita filmnya.

Dengan latar belakang lokasi sekaligus karakter yang terbatas, Shyamalan seharusnya bisa belajar banyak dari naskah cerita 10 Cloverfield Lane (Dan Trachtenberg, 2016) yang digarap Josh Campbell, Matt Stuecken dan Damien Chazelle. Berisi hanya tiga karakter yang saling berinteraksi dalam ruang yang sama di sepanjang film, 10 Cloverfield Lane mampu menjaga intensitas ketegangan ceritanya dengan memberikan pendalaman yang lebih kuat pada karakter-karakter yang ada dalam jalan ceritanya. Dalam Split, Shyamalan justru membuang kesempatan untuk menjadikan karakter-karakternya menjadi sosok yang relatable bagi penonton. Tentu, dalam beberapa momen, Shyamalan masih mampu menyajikan momen-momen menegangkan bagi filmnya yang jelas akan sangat menyenangkan bagi penonton. Namun, tidak seperti The Sixth Sense (1999), Signs (2002) atau malah Lady in the Water (2006), karakter-karakter yang dihadirkan Shyamalan dalam Split terasa memiliki jarak emosional dengan penonton yang membuat kebanyakan dari mereka tidak akan begitu mempedulikan karakter-karakter tersebut terlepas dari momen ketegangan yang disajikan Shyamalan.

Selain dari kemampuan pengisahan Shyamalan, kekuatan utama Split jelas hadir dari kemampuan akting yang sangat prima dari McAvoy. Memerankan 23 karakter yang berbeda – meskipun tidak semua karakter tersebut ditampilkan dalam film ini – McAvoy mampu memberikan identitas yang berbeda-beda pada setiap kepribadian yang ia tampilkan. Sebuah penampilan yang sangat menggugah dan jelas merupakan salah satu penampilan terbaik McAvoy. Aktris muda Taylor-Joy juga mampu mengimbangi kuatnya penampilan McAvoy. Seperti yang pernah ditampilkannya dalam The VVitch: A New England Folklore (Robert Eggers, 2016) yang melejitkan namanya, Taylor-Joy tampil memikat sebagai sosok gadis belia dengan masa lalu yang cukup misterius. Dan mengingat Split adalah film karya Shyamalan, tentu penonton telah dapat mewaspadai kehadiran sebuah kejutan cerita dalam jalinan pengisahan film ini. Ada dua kejutan yang dihadirkan Shyamalan. Kejutan pertama disajikan dengan cukup baik – meskipun tidak begitu istimewa. Kejutan kedua, yang mungkin berhubungan dengan kelanjutan pengisahan film ini, jelas akan memberikan kesenangan pada mereka yang sejak lama menggemari film-film thriller arahan Shyamalan. Split jelas adalah sebuah petualangan dari Shyamalan yang layak untuk dinikmati dan dirayakan. [B-]

split-james-mcavoy-shyamalan-movie-posterSplit (2017)

Directed by M. Night Shyamalan Produced by M. Night Shyamalan, Jason Blum, Marc Bienstock Written by  M. Night Shyamalan Starring  James McAvoy, Anya Taylor-Joy, Betty Buckley, Haley Lu Richardson, Jessica Sula, Brad William Henke, Sebastian Arcelus, Neal Huff, Kim Director, Lyne Renée, M. Night Shyamalan, Bruce Willis, Izzie Coffey Music by West Dylan Thordson Cinematography by Mike Gioulakis Edited by Luke Franco Ciarrocchi Production company Blinding Edge Pictures/Blumhouse Productions Running time 117 minutes Country United States Language English

4 thoughts on “Review: Split (2017)”

Leave a Reply