Review: Resident Evil: The Final Chapter (2017)


Meskipun terus mendapatkan penilaian negatif dari banyak kritikus, seri film Resident Evil secara konsisten juga terus berhasil mendapatkan kesuksesan komersial dari para penontonnya. Bahkan, dengan lima film yang telah dirilis semenjak tahun 2002 dan berhasil meraih pendapatan komersial sebesar lebih dari US$900 juta dari perilisannya di seluruh dunia, Resident Evil kini tercatat sebagai seri film hasil adaptasi permainan video tersukses sepanjang masa. Lima tahun semenjak perilisan Resident Evil: Retribution, Paul W.S. Anderson kembali menghadirkan lanjutan kisah petualangan Alice dalam melawan Umbrella Corporation dalam seri keenam Resident Evil, Resident Evil: The Final Chapter, yang – sesuai dengan judulnya – dicanangkan akan menjadi penutup bagi seri film ini. Lalu apa yang akan ditawarkan Anderson kali ini?

Dengan kisah yang berlatarbelakang tiga minggu setelah konflik yang terjadi pada akhir kisah Resident Evil: Retribution, Alice (Milla Jovovich) yang baru saja terbangun di tengah reruntuhan Gedung Putih mendapatkan kunjungan dari The Red Queen (Ever Gabo Anderson). Tanpa diduga, The Red Queen – yang merupakan sebuah hologram ciptaan Umbrella Corporation – justru meminta Alice untuk kembali ke Raccoon City dan mencuri sebuah antivirus yang dapat memusnahkan keberadaan T-virus yang diciptakan oleh Umbrella Corporation. Walau awalnya sulit mempercayai The Red Queen, Alice akhirnya bergegas menuju Raccoon City dengan batas waktu 48 jam sebelum akhirnya eksistensi seluruh umat manusia punah akibat terinfeksi T-virus. Bukan sebuah perjalanan yang mudah. Selain harus berhadapan dengan ribuan mayat hidup yang siap untuk memangsanya, Alice juga sekali lagi harus menghadapi Dr. Alexander Isaacs (Iain Glen) yang dahulu sempat dibunuhnya namun ternyata kembali datang untuk menghalangi perjalanan Alice.

Well… memberikan sebuah sentuhan maupun perspektif baru sepertinya merupakan hal yang ilegal untuk dilakukan bagi naskah penceritaan seri film Resident Evil. Seperti lima seri film sebelumnya, Resident Evil: The Final Chapter masih menyajikan plot pengisahan yang tidak terlalu berbeda: Alice masih berlari dari kejaran sekelompok mayat hidup, beberapa karakter – baik antagonis maupun protagonis – dari film-film sebelumnya kembali hadir dan Umbrella Corporation masih menciptakan deretan jebakan guna menguji kemampuan bela diri Alice. Beberapa kejutan hadir di beberapa bagian penceritaan namun, secara keseluruhan, Resident Evil: The Final Chapter hanyalah sebuah variasi dari formula serupa yang telah diterapkan seri film ini semenjak awal kehadirannya 15 tahun yang lalu. But, of course, everyone who’s willing to pay to watch this movie already knows that.

Jika dibandingkan dengan Resident Evil: Retribution, alur pengisahan Resident Evil: The Final Chapter sebenarnya tidaklah terlalu buruk. Film ini bahkan mampu berkisah dengan cukup lancar sebelum akhirnya akhir paruh kedua dan seluruh paruh ketiganya berjalan dengan detil yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Untungnya, Anderson mampu menyajikan film ini dengan deretan adegan aksi yang terkemas dengan baik. Menggunakan penataan gambar dengan ritme yang cukup cepat sehingga film ini hadir dengan intensitas ketegangan cerita maksimal, Resident Evil: The Final Chapter mampu tampil cukup memuaskan bagi para penggemar horor – atau mereka yang telah memiliki ekspektasi persis apa yang akan mereka dapatkan dari seri film Resident Evil.

Jovovich kembali menjadi senjata dan daya tarik utama bagi Resident Evil: The Final Chapter. Tidak seperti Kate Beckinsale yang terlihat semakin jenuh dalam memerankan karakter Selene dalam seri film Underworld (2003 – 2016), pesona dan daya tarik yang ditampilkan Jovovich bagi karakter Alice di film ini masih sama kuat seperti yang pernah ia tampilkan dalam film perdana Resident Evil dahulu. Dengan balutan koreografi aksi yang berhasil ditata lebih kompleks dibandingkan film-film sebelumnya, Jovovich bahkan mampu tampil semakin memikat. Kehadiran kembali Ali Larter dalam peran Claire Redfield yang juga sama ikoniknya dengan karakter Alice milik Jovovich juga berhasil menambah poin keunggulan film – meskipun tidak terlalu signifikan. Karakter-karakter pendukung lain yang diperankan Glen, Shawn Roberts dan Ruby Rose juga cukup mampu berkontribusi dalam menambah keapikan cerita film. Secara keseluruhan, Resident Evil: The Final Chapter memang tidaklah akan mengubah persepsi banyak orang tentang kualitas seri film Resident Evil. Namun, sebagai (jika benar) film penutup, Resident Evil: The Final Chapter jelas tidak hadir mengecewakan atau meninggalkan penontonnya dalam kesan yang buruk. [C]

Resident Evil: The Final Chapter (2017)

Directed by Paul W.S. Anderson Produced by Paul W. S. Anderson, Jeremy Bolt, Robert Kulzer, Samuel Hadida Written by Paul W.S. Anderson Starring  Milla Jovovich, Ali Larter, Shawn Roberts, Ruby Rose, Eoin Macken, William Levy, Iain Glen, Lee Joon-gi, Rola, Ever Gabo Anderson, Fraser James Music by Paul Haslinger Cinematography Glen MacPherson Edited by Doobie White Production company Constantin Film/Capcom Co, Ltd./Davis-Films/Don Carmody Productions/Impact Pictures Running time 106 minutes Country Canada, Germany, Australia Language English

One thought on “Review: Resident Evil: The Final Chapter (2017)”

Leave a Reply