Review: Rogue One: A Star Wars Story (2016)


Setelah menghabiskan dana sebesar US$4.06 milyar untuk mengakuisisi Lucasfilm pada tahun 2012 lalu, The Walt Disney Company sepertinya tidak menyia-nyiakan waktu mereka untuk memproduksi lanjutan perjalanan seri film milik Lucasfilm terpopuler, Star Wars. Dimulai dengan perilisan Star Wars: Episode VII – The Force Awakens (J.J. Abrams, 2015), The Walt Disney Company kemudian berencana untuk merilis episode terbaru dari seri Star Wars setiap dua tahun sekali. Tidak hanya itu, untuk mengisi senggang waktu dua tahun dari jarak perilisan tiap film, seri film Star Wars akan dilengkapi dengan Star Wars Anthology yang merupakan rangkaian film yang berdiri sendiri dan memiliki latar belakang waktu penceritaan sebelum terjadinya berbagai konflik yang dikisahkan pada Star Wars: Episode IV – A New Hope (George Lucas, 1977). Dan Rogue One: A Star Wars Story akan menjadi film pertama dari tiga film yang telah direncanakan The Walt Disney Company untuk dirilis sebagai bagian Star Wars Anthology tersebut.

Diarahkan oleh Gareth Edwards (Godzilla, 2014) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Chris Weitz (Cinderella, 2015) dan Tony Gilroy (Nightcrawler, 2014), Rogue One: A Star Wars Story memulai perjalanan kisahnya ketika seorang gadis kecil bernama Jyn Erso (Dolly Gadsdon) harus terpisah dari kedua orangtuanya, Galen Erso (Mads Mikkelsen) dan Lyra Erso (Valene Kane), ketika keduanya ditangkap oleh seorang pejabat militer dari Galactic Empire, Orson Krennic (Ben Mendelsohn). Beruntung, Jyn kemudian diselamatkan oleh sahabat sang ayah yang juga seorang pemberontak, Saw Gerrera (Forest Whitaker). Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, dengan prasangka bahwa kedua orangtuanya telah mati terbunuh, Jyn (Felicity Jones) kemudian direkrut oleh Rebel Alliance untuk mencuri rancangan senjata super baru milik Galactic Empire yang disebut sebagai Death Star. Bekerjasama dengan seorang pemberontak bernama Cassian Andor (Diego Luna), dalam perjalanan itulah Jyn kemudian menemukan bahwa tidak hanya sang ayah masih berada dalam kondisi hidup namun juga menjadi bagian dari perancang Death Star yang ditujukan sebagai senjata pemusnah massal oleh Galactic Empire.

Tidak seperti Star Wars: Episode VII – The Force Awakens yang bergerak maju namun masih menyempatkan diri untuk menyelipkan beberapa nostalgia akan pengisahan Star Wars dari seri film sebelumnya – yang memberi ruang sekaligus mempermudah para penggemar baru untuk memahami Star Wars, Rogue One: A Star Wars Story murni terlihat sebagai ajang nostalgia bagi beberapa konflik yang akan dikisahkan pada Star Wars: Episode IV – A New Hope. Berbagai referensi serta tribut pada seri film tersebut – sekaligus kehadiran penampilan spesial dari beberapa karakter legendaris Star Wars – jelas akan memberikan kesenangan sendiri bagi para penggemar lamanya. Di saat yang bersamaan, Rogue One: A Star Wars Story secara perlahan terlihat tidak mampu menahan diri untuk hanya menjadi sekedar sebuah tribut bagi Star Wars: Episode IV – A New Hope tanpa pernah benar-benar menjustifikasi keberadaan dirinya. Ide tentang penceritaan bagaimana kelompok para pemberontak mendapatkan skema penghancuran Death Star yang membangkitkan kembali semangat perjuangan mereka pada Star Wars: Episode IV – A New Hope jelas terdengar sebagai sebuah pengisahan yang potensial. Namun, pengembangan cerita Weitz dan Gilroy yang terlalu dangkal membuat Rogue One: A Star Wars Story terasa begitu hambar. Pointless.

Dengan sempitnya ruang penceritaan yang dituliskan kedua penulis naskahnya, eksekusi cerita yang dilakukan Edwards juga tidak membuat Rogue One: A Star Wars Story menjadi membaik. Edwards memilih ritme penceritaan yang terlalu lamban bagi film ini dan hal ini sangat dapat dirasakan pada paruh pertama dan kedua penceritaan dimana Rogue One: A Star Wars Story terbeban oleh banyaknya karakter dan plot minor yang kemudian gagal untuk berkembang dengan seksama. Ritme penceritaan Rogue One: A Star Wars Story baru benar-benar terasa hidup pada paruh penceritaan terakhirnya yang diisi dengan adegan peperangan yang mampu tergarap dengan baik oleh Edwards. Layaknya Abrams pada Star Wars: Episode VII – The Force Awakens, Edwards sebenarnya mampu memberikan detil produksi yang cukup baik bagi film ini. Edwards sangat mengerti bahwa seri film sesakral Star Wars seharusnya tidak diberikan begitu banyak perubahan yang terlalu drastis. Sayangnya, kekakuan Edwards dalam memperlakukan Rogue One: A Star Wars Story justru membuat film ini bercerita secara usang – khususnya ketika Edwards memutuskan untuk mengeksekusi naskah dengan penggalian cerita dan karakter yang dangkal menjadi sebuah film berdurasi 133 menit. Waaayyy too looooong!

Rogue One: A Star Wars Story juga kekurangan karakter dan pemeran yang mampu mencuri perhatian dan hati penonton. Tidak ada Rey (Daisy Ridley), Poe Dameron (Oscar Isaac), Kylo Ren (Adam Driver) atau Finn (John Boyega) dalam film ini. Karakter-karakter dalam Rogue One: A Star Wars Story hadir dalam pengembangan yang terlalu terbatas. Karenanya, meskipun nama-nama seperti Jones, Luna, Mikkelsen hingga Ben Mendelsohn mampu memberikan penampilan yang prima, karakter-karakter yang mereka perankan sama sekali gagal untuk memberikan kesan yang lebih mendalam. Penampilan duo Donnie Yen dan Jiang Wen sebagai Chirrut Îmwe dan Baze Malbus serta Alan Tudyk yang mengisisuarakan sebuah robot bernama K-2SPO yang selalu menemani karakter Cassian Andor berhasil memberikan beberapa momen menyenangkan dalam perjalanan Rogue One: A Star Wars. Tidak lebih dari sekedar penampilan-penampilan singkat yang menghibur namun setidaknya mampu memberikan momen-momen kehidupan di tengah pengisahan Rogue One: A Star Wars Story yang terasa seperti perjalanan yang panjang dan tanpa penghujung. [C]

rogue-one-a-star-wars-story-movie-posterRogue One: A Star Wars Story (2016)

Directed by Gareth Edwards Produced by Eimon Emanuel, Kathleen Kennedy, Allison Shearmur Written by Chris Weitz, Tony Gilroy (screenplay), John Knoll, Gary Whitta (story), George Lucas (characters) Starring  Felicity Jones, Diego Luna, Ben Mendelsohn, Donnie Yen, Mads Mikkelsen, Alan Tudyk, Riz Ahmed, Jiang Wen, Forest Whitaker, Jonathan Aris, Valene Kane, Genevieve O’Reilly, Jimmy Smits, James Earl Jones, Spencer Wilding, Daniel Naprous, Nick Kellington, Alistair Petrie, Dolly Gadsdon, Rian Johnson, Ram Bergman Music by Michael Giacchino Cinematography Greig Fraser Edited by Jabez Olssen Production company Lucasfilm Ltd. Running time 133 minutes Country United States Language English

2 thoughts on “Review: Rogue One: A Star Wars Story (2016)”

Leave a Reply