Review: Dead Mine (2013)


dead-mine-header

First of all… sekeras apapun usaha departemen pemasaran film ini mencoba untuk meyakinkan Anda, Dead Mine – atau yang berjudul lain Misteri di Balik Harta Terkubur – sama sekali bukanlah The Raid (2012). Tidak seperti The Raid yang secara terus-menerus menghadirkan deretan adegan aksi yang bombastis di dalam jalan ceritanya, Dead Mine lebih memilih untuk bercerita secara perlahan dalam menuturkan alur kisahnya yang bernuansa horor dan petualangan tersebut. Dihadirkan dengan tata produksi yang sangat berkelas, sayangnya Dead Mine justru terkesan dangkal dalam hal penceritaan dan karakterisasi yang seringkali membuat beberapa adegannya terasa terlalu datar serta jauh dari kesan menarik.

Memanfaatkan kisah legenda mengenai harta karun yang disembunyikan oleh seorang jenderal Jepang di masa Perang Dunia II bernama Tomoyuki Yamashita di pedalaman Sulawesi, Indonesia, Dead Mine berkisah mengenai seorang milyuner bernama Price (Les Loveday) yang bersama dengan kekasihnya, Su-Ling (Carmen Soo), membentuk sebuah kelompok ekspedisi pencarian harta karun yang berisikan seorang teknisi bernama Stanley (Sam Hazeldine), seorang peneliti bernama Rie (Miki Mizuno) dan kawalan tiga orang tentara (Joe Taslim, Mike Lewis dan Yanda Djaitov) yang dipimpin oleh Kapten Tino Prawa (Ario Bayu). Tanpa mengetahui secara pasti medan penjelajahan yang akan mereka tuju, mereka akhirnya memulai perjalanan tersebut.

Price sendiri pada awalnya tidak memberitahukan bahwa ekspedisi yang mereka lakukan adalah sebuah ekspedisi pencarian harta karun – dari sebuah legenda yang banyak orang menganggap tidak pernah benar-benar ada. Namun, setelah kelompok mereka secara tiba-tiba diserang oleh sekelompok perompak, Price mau tidak mau membuka tabir sebenarnya dari ekspedisi tersebut: mereka sedang mencari sebuah wilayah tambang yang dijadikan sebagai bunker militer oleh pasukan Jepang pada masa Perang Dunia II. Walaupun kesal karena merasa ditipu, seluruh anggota ekspedisi tetap meneruskan perjalanan mereka. Sebuah keputusan yang kemudian menjebak mereka di dalam bunker tersebut bersama dengan sekelompok makhluk yang ternyata semenjak lama menjadi penunggu wilayah tersebut.

Walaupun memiliki premis maupun eksekusi cerita yang akan mengingatkan banyak orang pada The Descent (2005) atau Sanctum (2011), namun harus diakui bahwa naskah cerita yang ditulis oleh sutradara film ini, Steven Sheil, bersama dengan Ziad Semaan memiliki premis yang cukup berani dan menarik. Sayangnya, Sheil dan Semaan seperti menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membangun intensitas maupun karakterisasi dari jalan cerita yang mereka hadirkan. 45 menit awal Dead Mine mungkin adalah ujian terbesar bagi penonton untuk dapat menikmati film ini. Untungnya, selepas masa-masa tersebut, Dead Mine mampu bangkit dalam menghadirkan unsur thriller dalam jalan ceritanya – walaupun tidak pernah benar-benar mampu hadir dengan intensitas cerita yang maksimal karena selalu terjebak dengan konflik-konflik klise film sejenis.

Berbicara mengenai kualitas tata produksi film, Dead Mine tampil dalam kualitas yang sangat mengagumkan. Menghadirkan deretan makhluk-makhluk sejenis zombie dalam jalan penceritaannya, tata rias dan kostum film ini disajikan dalam penampilan yang sangat meyakinkan. Kehadiran beberapa adegan kekerasan nan berdarah juga didukung dengan kemampuan tim produksi Dead Mine untuk menyajikan efek khusus yang kuat. Hal yang sama juga terwujud dalam bentuk production design dari film ini. Latar belakang lokasi yang berupa bunker militer milik pasukan Jepang di masa Perang Dunia II mampu digarap dengan detil produksi yang maksimal.

Dengan karakterisasi tokoh yang minimalis, sayangnya tidak banyak kesempatan untuk jajaran pengisi departemen akting film ini untuk menampilkan penampilan akting mereka yang maksimal. Nama-nama seperti Mike Lewis, Joe Taslim, Yanda Djaitov dan Carmen Soo nyaris hadir sebagai pelengkap belaka. Tanpa porsi cerita yang esensial. Adalah Sam Hazeldine dan Ario Bayu yang mampu hadir dengan kharisma yang maksimal serta mampu membuat kehadiran karakter mereka dalam jalan cerita menjadi begitu menarik. Kekurangan dalam penggalian karakter ini pula yang membuat Dead Mine gagal menyajikan deretan karakter yang mampu membuat setiap penonton merasa terhubung dengan perjalanan yang mereka lakukan.

Cukup mengagumkan untuk mengetahui bahwa Dead Mine mampu disajikan dengan tampilan efek dan visual yang mampu menyaingi film-film sejenis yang berasal dari Hollywood. Pun begitu, ambisiusnya kualitas penampilan film ini seharusnya mampu juga diimbangi dengan kuatnya jalan cerita yang dihadirkan. Tidak benar-benar jelek, namun naskah cerita Dead Mine seharusnya mampu dihadirkan dengan ritme penceritaan yang lebih lugas dan efektif serta penggalian karakter yang lebih mendalam. Sebuah usaha yang layak untuk mendapatkan kredit lebih… namun harusnya mampu disajikan dalam kualitas yang lebih kuat lagi.

 popcornpopcornpopcornpopcorn2popcorn2

Dead Mine (Infinite Frameworks Studios/HBO Asia, 2013)
Dead Mine (Infinite Frameworks Studios/HBO Asia, 2013)

Dead Mine (2013)

Directed by Steven Sheil Produced by Catherine Davila, Mike Wiluan, Daniel Davila, Nick North, Robert Ronny Written by Steven Sheil, Ziad Semaan Starring Sam Hazeldine, Ario Bayu, Les Loveday, Miki Mizuno, Carmen Soo, Joe Taslim, James Taenaka, Mike Lewis, Yanda Djaitov Music by Charlie Mole Cinematography John Radel Studio Infinite Frameworks Studios/HBO Asia Running time 91 minutes Country Singapore Language English

2 thoughts on “Review: Dead Mine (2013)”

  1. Baru aja nonton ni film kmrn mlm di HBO…
    Ya Tuhan….ini adalah film paling kampungan yang pernah saya tonton..

Leave a Reply