Review: Gravity (2013)


gravity-header

Selain karena kegemaran mereka untuk berbagi cerita, umat manusia jelas menciptakan film agar mereka dapat merasakan pengalaman menjadi bagian sebuah dunia atau perjalanan atau petualangan dari jalan cerita yang mereka dengar atau saksikan. Sebuah pengalaman. Film teranyar arahan Alfonso Cuarón, Gravity, jelas dengan seksama melakukan hal tersebut. Dengan kualitas tatanan produksi audio visual yang mengagumkan, Cuarón mampu memberikan penontonnya sebuah pengalaman mengenai bagaimana rasanya menikmati perjalanan di luar angkasa sekaligus terjebak di dalamnya. Memang, Hollywood telah berulang kali mengeksploitasi angkasa luar sebagai bagian tidak terpisahkan dalam setiap film yang mereka produksi. Namun percayalah… kecuali Anda adalah seorang astronot yang telah berulang kali mengeksplorasi luar angkasa, maka Gravity akan menjadi satu-satunya kesempatan Anda untuk benar-benar melayang dan merasakan bagaimana pengalaman berada di lingkungan tanpa adanya gaya gravitasi tersebut.

Dengan naskah yang ditulis oleh Cuarón bersama dengan puteranya, Jonás Cuarón, Gravity memulai kisahnya dengan memperkenalkan dua karakter utamanya: seorang ahli biomedis bernama Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dan seorang astronot veteran bernama Matt Kowalski (George Clooney) yang sedang berada dalam misi perjalanan ke luar angkasa. Perjalanan ke luar angkasa tersebut merupakan perjalanan luar angkasa perdana bagi Dr. Stone – sebuah pengalaman yang jelas kemudian seringkali memberikan rasa kegugupan yang luar biasa bagi dirinya. Namun, dengan bantuan kemampuan Matt yang selalu mampu mencairkan suasana, Dr. Stone secara perlahan mulai mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya – dan bahkan mulai menikmati rasa kesunyian yang mengelilingi lingkungan angkasa luar yang maha luas.

Sial, bahaya kemudian datang mengancam nyawa keduanya setelah sebuah satelit milik negara Rusia yang baru saja dihancurkan tanpa disangka memberikan efek samping yang buruk ketika puing-puing satelit tersebut mulai melayang ke berbagai penjuru dan menghancurkan satelit-satelit lain yang berada di sekitarnya, termasuk menabrak kapal ulang alik Explorer yang digunakan oleh Dr. Stone dan Matt. Akibat tabrakan tersebut, tidak hanya Dr. Stone terpisah dari Matt, namun komunikasinya dengan Bumi juga mengalami hambatan. Dr. Stone kini berada sendirian. Mengapung di kegelapan angkasa luar. Dalam kepanikan yang mulai melingkupi suasana hati dan jalan pemikirannya, Dr. Stone kemudian berusaha mencari cara untuk menyelamatkan hidupnya.

Meminggirkan sejenak tampilan visual arahan sinematografer Emmanuel Lubezki yang akan mampu menghanyutkan setiap orang yang menyaksikannya, Alfonso dan Jonás Cuarón memanfaatkan interaksi yang terbentuk antara karakter Dr. Ryan Stone dengan Matt Kowalski sebagai jembatan bagi penonton untuk mengetahui lebih banyak tentang kedua karakter tersebut. Dari dialog yang saling terlontar itu pula penonton dapat melihat bagaimana kedua karakter memandang kehidupan sekaligus tragedi yang sedang dalam perjalanan untuk menyapa mereka: Dr. Stone adalah karakter yang serius dan berusaha sekuat mungkin untuk menghindarkan dirinya dari kematian sementara Matt adalah sosok yang tetap tenang dan menikmati setiap detik perjalanan hidup yang masih ia miliki. Lebih dari itu, Alfonso dan Jonás Cuarón secara perlahan juga menyelipkan berbagai potongan kisah pribadi Dr. Stone dalam dialog yang terlontar, khususnya mengenai sosok puteri yang begitu disayanginya.

Sayangnya, ketika tampilan visual Gravity tidak sedang membentuk jalinan rasa ketegangan cerita dan karakter Dr. Ryan Stone dan Matt Kowalski tidak sedang berbagi kisah kehidupan mereka, naskah cerita Gravity sayangnya mulai terasa kehilangan pegangannya – hal ini sangat, sangat dapat dirasakan pada paruh kedua penceritaan. Aliran emosional yang semenjak awal telah terbentuk kuat serta sempat memuncak secara perlahan mulai terasa menurun hingga akhirnya stagnan secara emosional sebelum paruh ketiga penceritaan datang dan mulai kembali memacu adrenalin penonton. Tipisnya lapisan penceritaan inilah yang harus diakui akan sangat mempengaruhi bagaimana reaksi penonton pada karakter-karakter yang sedang mereka saksikan di depan layar. Alfonso dan Jonás Cuarón terkesan seperti kekurangan amunisi untuk mempertahankan kekuatan emosional cerita di paruh pertama penceritaan sebelum akhirnya memberikan menyajikan konklusi masalah di akhir kisah.

Dengan monotonnya latar belakang lokasi, karakter serta konflik yang terbangun dalam jalan penceritaan, jelas kemampuan para aktor untuk tetap mempertahankan perhatian penonton dan tidak merasa jenuh akan karakter yang mereka perankan adalah sangat dibutuhkan. Beruntung, Alfonso Cuarón memiliki George Clooney dan Sandra Bullock. Well… karakter Matt Kowalski yang diperankan oleh Clooney memang sepertinya tergambar atas kepribadian Clooney sesungguhnya – sosok pria dengan penuh daya tarik dengan kemampuan untuk memberikan rasa kehangatan pada siapapun yang mengenalnya. Pun begitu, tetap saja, dalam penampilannya yang begitu terbatas, Clooney mampu memberikan kesan yang begitu mendalam pada karakter Matt Kowalski yang ia perankan.

Tugas sesungguhnya jelas berada di pundak Bullock. Bullock tidak hanya harus memerankan sesosok wanita cerdas yang untuk pertama kalinya harus bertugas di luar wilayah kenyamanannya, namun ia juga harus berperan sebagai sosok ibu dengan masa lalu yang cenderung kelam. Terdengar kompleks untuk seorang Bullock yang lebih dikenal sebagai ratu komedi? Tidak perlu khawatir. Bullock menjalankan tugasnya dengan sangat, sangat baik. Sempurna malah. Bullock mampu dengan lugas menampilkan setiap sisi emosional dari karakternya – mulai dari rasa kegugupannya dalam menjalankan tugasnya di awal film, ketakutannya ketika berada sendirian di angkasa luar hingga tumbuhnya kembali momen-momen keberanian dirinya dalam merenggut kembali kehidupannya. Sempurna.

Kembali berfokus pada bagian teknis, Gravity jelas melaju terdepan sebagai salah satu film dengan kualitas tata produksi paling mengagumkan dalam beberapa tahun terakhir. Arahan gambar karya sinematografer Emmanuel Lubezki mampu menangkap keindahan sekaligus kemisteriusan yang menakutkan dari angkasa luar. Disajikan dengan teknologi visual 3D, Gravity akan mampu memberikan pengalaman yang begitu kuat kepada setiap penontonnya mengenai bagaimana rasanya melakukan perjalanan di angkasa luar sekaligus terjebak dalam berbagai intrik yang terjadi di sekitarnya. Memperkuat ketegangan yang dihasilkan sisi visual film, tata musik karya Steven price juga mampu begitu mendukung setiap intensitas emosional yang berusaha disajikan dalam film ini. Yang jelas, secara keseluruhan, kualitas tata produksi Gravity adalah sebuah jawaban dari pertanyaan mengapa sebuah film harus disaksikan di megahnya layar bioskop yang sepertinya semakin jarang dirasakan dari kebanyakan rilisan film belakangan.

Gravity is, simply, the best cinematic experience of the year! Sebuah mahakarya teknikal yang tidak hanya dapat disaksikan atau didengar namun juga dapat dirasakan keberadaannya. Pun begitu, tetap harus diakui bahwa penggalian yang kurang begitu mendalam dari Alfonso dan Jonás Cuarón pada sisi penulisan karakter dan cerita memberikan sedikit ganjalan untuk dapat menjalin hubungan emosional yang lebih kuat pada tatanan pengisahan maupun karakter-karakter yang ada di dalam jalan cerita film ini. Rasa keindahan dan ketegangan yang dihasilkan tampilan visual memang akan mampu menutupi kekurangan dari sisi cerita tersebut namun jelas tetap terasa sebagai sebuah kekosongan yang cukup berarti. Tetap saja, tidak ada alasan untuk tidak merayakan keberhasilan Cuarón dalam menggarap serta mengeksekusi Gravity yang begitu menantang indera ini. Bravo!

popcornpopcornpopcornpopcorn popcorn2

Gravity (Warner Bros. Pictures/Esperanto Filmoj/Heyday Films, 2013)
Gravity (Warner Bros. Pictures/Esperanto Filmoj/Heyday Films, 2013)

Gravity (2013)

Directed by Alfonso Cuarón Produced by Alfonso Cuarón, David Heyman Written by Alfonso Cuarón, Jonás Cuarón Starring Sandra Bullock, George Clooney, Ed Harris, Orto Ignatiussen, Paul Sharma, Amy Warren, Basher Savage Music by Steven Price Cinematography Emmanuel Lubezki Editing by Alfonso Cuarón, Mark Sanger Studio Warner Bros. Pictures/Esperanto Filmoj/Heyday Films Running time 91 minutes Country United States, United Kingdom Language English

13 thoughts on “Review: Gravity (2013)”

  1. setuju bgt sma reviewnya..ada yg lost stlh nonton,spt kyak slesai liat oblivion..pling bgus pas ‘twist’ ny,trnyta [SPOILER]..:(.
    tengkyu reviewny

  2. “Gravity is, simply, the best cinematic experience of the year!”

    Sangat2 setuju. Great movie! Senengnya ya banyak film2 bagus lagi diputer bbrp minggu terakhir ini di bioskop.

    Menurut saya Gravity is zillion times better than Europa Report.

  3. minggu minggu ini memang banyak film non-mainstream yang bagus bagus, rush, gravity, prisnoner bentar lagi captain phillips sama don jon

  4. saya ada pengalaman buruk nonton Gravity di gajah mada plaza. hari minggu tanggal 6 oktober, saya beli 2 tiket untuk jam 17.50. tiket itu dibeli jam 3 sore, jadi masih ada 3 jam sebelum jam tanyang
    Setelah beli tiket saya dan istri pulang dulu lalu jam 5 kami ke gajah mada plaza. setelah menunggu sampai jam 6, pintu studio lum juga dibuka dan tidak ada panggilan.

    semakin curiga dan aneh, saya lalu melihat lagi tiketnya, ARRRGGGGHHHH…disitu ternyata jam 17.05.

    Hilang sudah 70.000….. sialll amat dan down banget.

    ok….gpp saya pikir… hari senin sekalian nomat film Gravity lg jam 21.40 (setelah cek jadwal di internet). tp karena sibuk hari selasa baru bisa nonton. jam 8 saya pun pergi ke studio utk beli tiket.
    dan lagi2 SIAL…. jadwal tayang telah berubah…terakhir jam 7 malam……

    shitttttt….. sial amat.

    saya pun menjadi tertantang…. ini lagi diuji atau apa sih.

    setelah cek jadwal hari ini, saya pun beli tiket utk jam 19.15. dan yes…pada saat menulis ini,,,, saya udah mulai siap2 berangkat ke studio.

    SUSAH AMAT MAU NONTON GRAVITY…….

    BARU KALI INI KENA GINI…….

    1. Ha! Ini seriusan, Mas? Turut berduka cita atas ujian untuk menyaksikan Gravity-nya. Semoga ujian yang ditempuh berbuah manis!

  5. Gravity itu pengalaman menjadi astronot dari sebuah film. Great look, great scoring and great act from Bullock! Sayang endingnya terlalu klise dan durasinya yang hanya 90 menit terasa sangat singkat. Padahal Cuaron masih mampu menjelajahi luar angkasa sekaligus mengembangkan karakter Dr. Ryan Stone. One of the best film of the year!

  6. setuju mas, visual aspectnya emang menarik, dan kita udah ditunjukin hal ini dari awal, temen awa yang nonton full 3 D bilang puas nonton film ini, tapi awa sendiri yang nonton di bioskop biasa ngrasa film ini monoton banget dari segi jalan cerita, hanya dengan 1 tokoh (atau bisa kita sebut 2), review orang-orang (imdb dan rotten tommatoes sampai 8,7 dan 90%) kerasa lebay, i was expecting more.

    Beda pas nonton batman… which gives ur more that we want 😀

Leave a Reply