Review: Rumah Kentang (2012)


Apa yang akan Anda lakukan ketika mengetahui kalau almarhumah Ibu Anda mewariskan sebuah rumah kepada Anda? Dan apa pula yang akan Anda lakukan jika kemudian Anda mengetahui rumah yang diwariskan tersebut seringkali menghadirkan kumpulan kentang serta aroma masakan kentang secara misterius? Well… ketika sebagian orang akan mulai memutar otak mereka dan berusaha menjadi seorang pengusaha dengan memanfaatkan sekumpulan kentang gratis yang selalu tersedia di rumah mereka setiap malamnya, pasangan kakak beradik, Farah (Shandy Aulia) dan Rika (Tasya Kamila), justru mengalami mimpi buruk dengan keberadaan kentang-kentang misterius tersebut di rumah mereka. Yahhh… beberapa orang memang tidak memiliki bakat untuk berwirausaha.

Anyway… Farah dan Rika sendiri mendapatkan sebuah rumah mewah dari warisan ibu mereka yang meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis – kecelakaan yang akhirnya juga meninggalkan trauma mendalam pada jiwa Rika. Farah sendiri telah berniat untuk tidak berlama-lama hidup di rumah tersebut. Selain karena ukurannya yang terlalu besar untuk ditinggali berdua, niat Farah untuk menjual rumah tersebut juga muncul agar dirinya dapat memiliki tabungan yang cukup bagi Rika dan dirinya. Sayang… semenjak malam pertama mereka tinggal di rumah tersebut, berbagai kejadian mistis mulai terjadi – kebanyakan ditandai dengan munculnya serakan kentang di lantai rumah ataupun aroma masakan kentang yang tercium di waktu malam hari. Rangkaian kejadian yang awalnya tidak dapat diterima Farah dengan akal sehatnya, namun, setelah mencederai Rika dengan cukup parah, akhirnya membuat Farah tersadar bahwa ada kekuatan tersembunyi dalam rumah tersebut yang tidak menginginkan kehadiran dirinya dan Rika.

Geez… Bagaimana cara yang tepat untuk memulai menggambarkan kekacauan yang dihadirkan oleh film ini? Diarahkan oleh Jose Poernomo – yang mungkin akan selamanya diingat oleh para penikmat film Indonesia sebagai salah satu otak dibalik kesuksesan dari film horor legendaris, Jelangkung (2001) – serta naskah cerita yang ditulis oleh Riheam Junianti (Apa Artinya Cinta?, 2005), Rumah Kentang ternyata tidak lebih dari sekedar film horor yang murni hanya ingin menakut-nakuti penontonnya dengan beberapa adegan kejutan yang melibatkan beberapa karakter dari dimensi lain tanpa pernah mau menghadirkan jalan cerita maupun karakterisasi yang benar-benar dapat dipercaya dan dinikmati kehadirannya. Sialnya lagi, tidak semua adegan kejutan bernuansa mistis tersebut berhasil tampil menakutkan. Kebanyakan malah menjadi berkesan mengganggu dan membosankan karena terus-menerus ditampilkan dengan formula yang sama.

Permasalahan utama film ini jelas terletak pada naskah ceritanya. Berusaha memanfaatkan urban legend mengenai kehadiran sebuah rumah yang selalu beraroma kentang bernuansa mistis di malam hari – yang, sejujurnya, lebih terdengar sebagai premis sebuah film komedi daripada sebuah film horor, Riheam Junianti sayangnya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadirkan jalan cerita dan karakter yang layak untuk mampu menutupi kekonyolan premis cerita yang ia miliki. Ujung-ujungnya, Rumah Kentang hadir dengan jalan cerita yang tampil begitu menggelikan, deretan dialog yang benar-benar terdengar bodoh serta karakter-karakter yang terus-menerus melakukan berbagai tindakan yang akan mampu membuat penonton berharap agar mereka segera terbunuh sehingga jalan cerita film ini dapat segera selesai.

Yang semakin memperburuk kualitas film ini jelas adalah penampilan para jajaran pengisi departemen aktingnya – terutama penampilan pemeran utama film ini, Shandy Aulia. Shandy memang dapat saja memberikan sebagian beban kesalahan kepada dangkalnya penggalian karakter yang ia perankan. Namun… dengan penampilan mimik wajah dan nada suara yang monoton di sepanjang 102 menit durasi film? Shandy Aulia jelas semakin membuat karakter yang ia perankan menjadi begitu mengesalkan untuk dilihat. Nama-nama pemeran utama lain seperti Tasya Kamila dan Gilang Dirgahari memberikan penampilan yang setidaknya jauh lebih baik dari penampilan Shandy Aulia – walaupun hal tersebut tidak membuat Rumah Kentang menjadi lebih baik.

Rumah Kentang, tanpa diragukan, jelas sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu film Indonesia terburuk tahun ini. Jalan cerita yang ditulis oleh Riheam Junianti benar-benar terlihat begitu konyol dengan deretan karakter yang dangkal serta dialog yang menggelikan. Jose Poernomo juga tidak banyak membantu dalam pengarahan akting para pemerannya – khususnya Shandy Aulia yang tampil datar di sepanjang film. Satu-satunya nilai positif dari Rumah Kentang mungkin adalah penataan sinematografinya yang mampu membuat film ini berada satu tingkat sedikit lebih tinggi daripada kebanyakan film-film horor murahan yang banyak beredar di layar bioskop Indonesia. Selebihnya… Rumah Kentang adalah sebuah sajian yang gagal dalam setiap cerita maupun penampilannya.

Rumah Kentang (PT Soraya Intercine Film/Hitmaker Studios, 2012)

Rumah Kentang (2012)

Directed by Jose Poernomo Produced by Ram Soraya Written by Riheam Junianti Starring Shandy Aulia, Gilang Dirgahari, Tasya Kamila, Chintami Atmanegara, Sonia Wibisono, Ki Kusumo, Iszur Muchtar, Rina Rose, Daus Separo Cinematography Jose Poernomo Editing by Aristo Pontoh Studio PT Soraya Intercine Film/Hitmaker Studios Running time 102 minutes Country Indonesia Language Indonesian

11 thoughts on “Review: Rumah Kentang (2012)”

  1. Dari jamannya ‘Eiffel, I’m in Love’, Shandy Aulia masih belum berkembang tampaknya…
    Btw, thank you atas reviewnya yang menyelamatkan saya dari menonton film ini.
    Mungkin Joko Anwar’s short movie, “Grave Torture” jauh lebih baik dari film ini, ya… What do u think? =)

    1. Hmmm… gak tahu apa karena pengaruh saya nonton di siang hari atau memang film-nya memang kurang nendang. Tapi… yah… ‘Grave Torture’ sih bagi saya biasa aja. Kualitas tata produksi-nya lumayan deh. Cerita yang disampaikan biasa aja.

  2. dari judulnya aja udah “maksain banget”. promosinya bisa dibilang “gila-gilaan” dari tv satu ke tv lain. mereka bilang film horor ini berbeda dengan yang lainnya. hmmm..dengan film horor yang aneh2 sih memang jelas beda. tapi untuk keseluruhan rumah kentang sama aja dengan horor lain.

    1. Gagal dari segi penyajian cerita dan penampilan akting para pemerannya. Namun harus diakui bahwa ‘Rumah Kentang’ masih mampu disajikan dengan kualitas produksi yang tidak semurahan film-film horor lain yang banyak beredar di layar lebar Indonesia. Sisi positif itu sih yang saya coba hargai dengan (masih) memberikan dua bintang pada penilaian saya.

  3. sutradaranya gak beragama ya, hantu nya menang terus sampai akhir cerita, kalo gue sih pribadi ngak percaya hantu bisa menang gt, tuhannya kemana???????? walaupun si hantu itu benar tapi tetep aja dia tdk bisa seenaknya bunuh orang gt,,,, film tak bertuhan

Leave a Reply