Review: Snow White and the Huntsman (2012)


Semodern apapun perkembangan peradaban manusia, sepertinya akan selalu ada tempat untuk kisah-kisah dongeng klasik untuk kembali dinikmati. Tahun ini, kisah Snow White – atau yang bagi masyarakat Indonesia populer dengan sebutan Puteri Salju – menjadi favorit Hollywood untuk diceritakan kembali. Setelah Mirror Mirror karya Tarsem Singh yang tayang terlebih dahulu beberapa bulan lalu – yang ternyata lebih ditujukan pada pangsa penggemar film-film berorientasi komedi keluarga, kini giliran Rupert Sanders yang menghadirkan versi Snow White-nya lewat Snow White and the Huntsman. Dibintangi oleh Kristen Stewart, Chris Hemsworth dan Charlize Theron, Sanders jelas memilih untuk menjauhi pakem keluarga yang diterapkan Mirror Mirror pada Snow White and the Huntsman. Lewat naskah yang ditulis Evan Daugherty, John Lee Hancock dan Hossein Amini, kisah Snow White yang popular tersebut diubah menjadi sebuah kisah percintaan yang epik, kelam sekaligus mencekam.

Dikisahkan, Snow White merupakan puteri tunggal dari pasangan King Magnus (Noah Huntley) dan Queen Eleanor (Liberty Ross). Beberapa saat setelah Queen Eleanor meninggal dunia, King Magnus jatuh cinta pada Ravenna (Charlize Theron) yang jelita dan kemudian mempersuntingnya. Sayang, Ravenna yang merupakan seorang penyihir, ternyata memiliki niat buruk untuk merebut tahta kerajaan dari tangan King Magnus. Pada malam pertama pernikahan mereka, Ravenna membunuh King Magnus dan bersama orang-orang yang dipimpin oleh adiknya, Finn (Sam Spruell), kemudian melakukan kudeta. Ravenna kini menduduki kursi singgasana sekaligus mengurung Snow White di salah satu kastil istana.

Limabelas tahun kemudian, Queen Ravenna mulai merasakan bahwa kekuatannya sebagai seorang penyihir mulai melemah. Atas pemberitahuan cermin ajaib, Queen Ravenna mengetahui bahwa Snow White yang kini telah beranjak dewasa (Kristen Stewart) akan tumbuh menjadi wanita tercantik sekaligus meruntuhkan kekuatannya. Tidak mau dikalahkan, Queen Ravenna lalu menugaskan seorang pemburu bernama Eric (Chris Hemsworth) untuk membunuh Snow White. Untungnya, hati nurani Eric kemudian mencegahnya untuk memburu dan membunuh Snow White. Eric justru kemudian mengajari Snow White bagaimana cara melawan Queen Ravenna dan merebut kembali kursi singgasana.

Snow White and the Huntsman adalah film pertama bagi Rupert Sanders yang sebelumnya lebih sering mengarahkan iklan televisi dan film-film pendek. Lalu bagaimana kinerja Sanders dalam film layar lebar perdananya? Tidak mengecewakan… jika Anda hanya ingin menilai Snow White and the Huntsman berdasarkan penampilan visualnya. Sanders berhasil menghasilkan deretan gambar dengan atmosfer yang kelam namun begitu mampu untuk tampil memikat. Sayangnya, pencapaian yang sama tidak dapat disimpulkan dari bagaimana Sanders mengarahkan naskah cerita film ini. Dengan durasi sepanjang 127 menit, Snow White and the Huntsman hadir dengan ritme penceritaan yang terlalu lamban, dipenuhi dengan banyak adegan yang tidak begitu krusial sekaligus pendalaman karakter yang cukup dangkal.

Namun, jelas kesalahan tidak layak diletakkan seluruhnya dipundak Sanders. Snow White and the Huntsman sepertinya merupakan sebuah proyek film yang dibuat untuk dapat tampil lebih kelam dan lebih menantang dari versi asli kisah Snow White karya Brothers Grimm. Untuk itu, trio penulis naskah, Evan Daugherty, John Lee Hancock dan Hossein Amini, kemudian merancang berbagai konflik yang lebih menengangkan, karakter Queen Ravenna yang lebih licik dan lebih kejam, sebuah kisah cinta yang berbeda sekaligus karakter Snow White yang jauh dari kesan seorang puteri kerajaan yang lemah lembut. Semua berjalan dengan lancar hingga akhirnya Daugherty, Lee Hancock dan Amini lupa untuk membangun deretan karakter yang kuat.

Dengan menggunakan judul Snow White and the Huntsman, ironisnya film ini justru lebih sering berfokus pada karakter Queen Ravenna, yang ditampilkan dengan emosi yang begitu meledak dan tampilan karakter yang begitu kelam. Tidak masalah sebenarnya. Namun karakter (yang seharusnya menjadi) utama di film ini, Snow White, ditampilkan dengan karakterisasi yang begitu datar di sepanjang film. Karakter Snow White hampir tidak pernah diberikan dialog sekaligus adegan yang berarti yang kemudian membuat karakter tersebut terkesan terbuang dengan percuma. Karakter Eric sang pemburu juga mengalami hal yang sama. Ia hampir hanya ditampilkan sebagai pelengkap cerita – untuk memberikan potensi sebuah romansa dan menjadi katalis antara hubungan dua karakter, Queen Ravenna dan Snow White.

Beruntung, Sanders memiliki deretan pengisi departemen akting yang kokoh. Kristen Stewart masih mampu memberikan penampilan terbaiknya terlepas dari sempitnya karakter yang ia perankan. Begitu pula dengan Chris Hemsworth, yang tampil dengan chemistry yang cukup kuat dengan Stewart. Pun begitu, seperti yang diungkapkan sebelumnya, Snow White and the Huntsman adalah milik Charlize Theron sepenuhnya. Ia berhasil memberikan penampilan yang begitu bengis sebagai Queen Ravenna. Pemberian latar belakang kisah mengenai mengapa sifat bengis dan dingin dari karakter Queen Ravenna dapat muncul juga semakin memperkuat keberadaan emosi karakternya. Walau kadang terkesan menampilkannya secara berlebihan, namun penampilan Theron adalah penampilan paling krusial yang menjadi nyawa utama bagi film ini. Selain ketiga pemeran utama, Snow White and the Huntsman masih didukung deretan pemeran yang tampil meyakinkan seperti Ian McShane, Bob Hoskins, Eddie Marsan dan Ray Winstone walaupun, lagi-lagi, dengan karakter yang terbatas.

Cukup disayangkan jika Snow White and the Huntsman berakhir tidak segarang premis yang dijanjikan. Kurang kuatnya pendalaman karakter serta penataan narasi dan ritme penceritaan membuat Snow White and the Huntsman hanya mampu tampil menarik namun gagal untuk membuai dan mempesona penontonnya secara penuh. Pun begitu, Snow White and the Huntsman masih dapat dikategorikan sebagai sebuah hasil produksi yang tidak mengecewakan bagi sebuah hasil penyutradaraan perdana seorang Rupert Sanders. Ia mampu menghasilkan deretan gambar yang indah sekaligus mendapatkan penampilan akting kuat dari para jajaran pemerannya. Sebuah pencapaian yang dapat dinilai dengan poin kualitas menengah, namun menyimpan begitu banyak potensi yang sayangnya gagal untuk tergali dengan baik.

Snow White and the Huntsman (Roth Films/Universal Pictures, 2012)

Snow White and the Huntsman (2012)

Directed by Rupert Sanders Produced by Sam Mercer, Palak Patel, Joe Roth Written by Evan Daugherty, John Lee Hancock, Hossein Amini (screenplay), Brothers Grimm (story, Snow White) Starring Kristen Stewart, Charlize Theron, Chris Hemsworth, Sam Claflin, Lily Cole, Sam Spruell, Vincent Regan, Noah Huntley, Liberty Ross, Christopher Obi Ogugua, Ian McShane, Bob Hoskins, Johnny Harris, Toby Jones, Eddie Marsan, Ray Winstone, Nick Frost, Brian Gleeson Music by James Newton Howard Cinematography Greig Fraser Editing by Conrad Buff IV, Neil Smith Studio Roth Films/Universal Pictures Running time 127 minutes Country United States Language English

6 thoughts on “Review: Snow White and the Huntsman (2012)”

  1. Setuju. Mungkin masalah durasi. Karakter kurang tergali tapi setidaknya memberikan versi yang menarik

  2. IMO Mirror, Mirror jauh lebih bagus dari yang satu ini. 30 menit pertama sih amat menjanjikan, tapi begitu pacingnya ngedrag di pertengahan jadi males nonton sampai selesai. “Pidato” Snow White untuk membangkitkan rakyatnya juga “meh”.

  3. Zzz.. dari skor 1-10 aku kasih nilai 5 untuk film ini, Mir! Skor 3.5 – nya untuk Charlize Theron. Sisanya untuk pictures-nya. Kristen Steward payah! Entah kenapa dia yg dipilih jadi cast Snow White. Ga cocok! Perempuan tanpa ekspresi, aktingnya sucks! *Sorry for those Bella Swan lover!
    Ceritanya juga terlalu maksa. Romansa antara Huntsman dan Snow White-nya terkesan seperti diburu-buru.. ga ada intro sampai klimaks. Satu lagi, film ini juga minus backsound! Jadi filmnya terkesannya sepi sekali kayak di kuburan padahal akting Charlize Theron udah pol-polan disitu. Sayang sekali. Zzzzz… (-____-!|)

  4. Rupert Sanders memang bisa memberikan dunia yang berbeda kepada kisah Snow White dan salut untuk itu. Tapi kok saya merasa ada beberapa kebetulan yaa… contohnya: kebetulan aja ada kuda putih lagi kongkow bengong sendirian di pantai jadi snow white bisa kabur deeh…

Leave a Reply