Review: Modus Anomali (2012)


Anda harus mengakui, sekalipun Anda bukanlah penggemar karya-karyanya, Joko Anwar merupakan salah satu sutradara dengan resume yang paling mengagumkan di industri film Indonesia saat ini. Bukan karena film-filmnya yang seringkali mampu berbicara banyak di berbagai ajang penghargaan film berskala nasional maupun internasional, namun karena Joko, di setiap filmnya, mampu memberikan sebuah inovasi gaya penceritaan yang baru, segar sekaligus mendobrak pakem penceritaan dan tampilan visual tradisional yang banyak digunakan oleh para sutradara film Indonesia lainnya. Tidak heran, walaupun film-filmnya jarang menyentuh kesuksesan komersial yang besar, Joko dan setiap film yang ia hasilkan kemudian berhasil memperoleh pengagum loyal dalam jumlah yang tidak sedikit.

Wajar jika kemudian Modus Anomali, yang merupakan film keempat yang disutradarai oleh Joko, telah memperoleh penantian dan perhatian  yang besar semenjak film tersebut diumumkan proses pembuatannya. Seperti halnya Kala (2007) dan Pintu Terlarang (2009), Joko masih menempatkan thriller sebagai fondasi utama penceritaan Modus Anomali, walaupun thriller yang ia bawakan kali ini lebih dominan dengan nuansa psychological thriller jika dibandingkan dengan dua film sebelumnya. WellModus Anomali jelas adalah sebuah peningkatan kualitas yang sangat berarti dari sisi tata produksinya. Sementara itu, dari sisi penceritaan, harus diakui bahwa Modus Anomali tampil lebih sederhana dari dua film Joko sebelumnya. Yang berarti bahwa kebanyakan penggemar film-film ber-genre thriller, khususnya film-film karya Joko Anwar, akan dapat menebak kemana mereka akan dibawa oleh jalan cerita film ini jauh sebelum Modus Anomali menghadirkan berbagai anomali dalam penceritaannya.

Modus Anomali mengisahkan mengenai seorang pria (Rio Dewanto), yang setelah terjaga dari pingsannya, menemukan dirinya berada di hutan belantara yang terpencil. Ia sama sekali tidak mampu mengingat identitas dirinya, mengapa ia dapat berada di tempat tersebut dan bagaimana cara agar ia dapat keluar dari sana. Setelah menemukan dan menyaksikan satu rekaman video di sebuah rumah yang tak berpenghuni, pria tersebut akhirnya sadar bahwa ia adalah seorang suami dari seorang wanita (Hannah Al Rashid) sekaligus ayah dari dua orang anak (Izzati Amara Isman dan Aridh Tritama) yang saat ini mungkin sedang bersembunyi dari kejaran seorang pria asing yang telah merusak liburan mereka di tengah hutan tersebut. Berpacu dengan waktu, pria tersebut akhirnya berkelana mengelilingi berbagai sudut hutan untuk mencari keluarganya sekaligus lari dari kejaran sang pria asing yang terus menerus hadir dan mencoba untuk membunuh dirinya.

Mereka yang telah mengenal dengan cukup baik gaya penceritaan seorang Joko Anwar sepertinya semenjak awal telah sadar bahwa mereka sedang dipermainkan oleh jalan cerita Modus Anomali, sebuah permainan yang berjalan dengan tempo minimalis yang hadir dengan beberapa adegan berdarah, beberapa kejutan dan akhirnya deretan adegan tambahan yang kemudian berfungsi sebagai kunci utama penjelasan mengenai misteri yang telah dipaparkan Joko Anwar semenjak awal kisah Modus Anomali berjalan. Tentu saja, ritme penceritaan yang berjalan lamban dan sedikit berputar-putar di awal film – dengan minimnya jumlah karakter dan konfilk yang diketengahkan – akan membuat beberapa penonton merasa tersudutkan. Namun, tempo yang lamban tersebut memang menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tubuh penceritaan Modus Anomali dengan menghadirkan beberapa kunci dan detil cerita yang nantinya akan mendapatkan lubang jawaban di bagian pertengahan dan ujung penceritaan film ini.

Bahasa Inggris – yang menjadi bahasa penghantara dialog para karakter di film ini – juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari film ini. Dalam sebuah wawancara, Joko sempat menyebutkan bahwa penggunaan Bahasa Inggris dalam jalan cerita Modus Anomali adalah untuk semakin menciptakan rasa keterasingan dan keterperangkapan penonton kepada jalan cerita film tersebut. Memang terasa asing, namun tidak dapat dipungkiri penggunaan bahasa asing tersebut justru membuat jajaran pemeran Modus Anomali lebih terlihat berusaha untuk membuat diri mereka terdengar fasih dalam melafalkan dialog mereka daripada terlihat menjiwai situasi kelam yang sebenarnya sedang mereka jalani. Bukan berarti performa Rio Dewanto dan jajaran pemeran lainnya buruk. Hanya saja, penggunaan Bahasa Inggris dalam Modus Anomali lebih sering membuat emosi serta rasa kehampaan dan ketidakberdayaan para karakter dalam film ini kurang mampu bekerja dengan kuat kepada penontonnya. Emosi yang harusnya mampu tampil mencekam terasa terpendam akibat kurang mampunya Joko mengelola efektivitas dari bahasa asing yang ia gunakan dalam jalan cerita filmnya.

Berbicara mengenai tata produksi, Modus Anomali berhasil menghadirkan kualitas produksi kelas atas – dan mungkin merupakan tata produksi film Indonesia terbaik selama beberapa tahun terakhir. Gambar-gambar yang dihasilkan berada dalam kualitas high definition yang membuat tatanan sinematografi karya Gunnar Nimpuno mampu bekerja dengan begitu baik. Crystal clear. Begitu pula dengan kualitas suara Modus Anomali. Departemen suara dan musik film ini mampu bekerja saling berkesinambungan untuk menghasilkan atmosfer teror yang, pada beberapa adegan, bahkan tampil lebih dalam daripada yang ditawarkan jalan cerita yang sedang berjalan. Begitu unik dan orisinal yang semakin menambah kesan keterasingan yang dihadirkan Modus Anomali kepada penontonnya.

Modus Anomali jelas adalah sebuah bukti nyata dari kecerdasan seorang Joko Anwar. Walau sebagai sebuah thriller Modus Anomali gagal tampil semenarik dan semengejutkan dua film terdahulunya, namun dengan cara penceritaannya yang unik, Joko mampu menyulap penampilan jalan cerita Modus Anomali terlihat menjadi begitu kompleks dan misterius – walaupun sebenarnya begitu, begitu sederhana. Beberapa penonton akan menemukan ritme penceritaan Modus Anomali berjalan lamban dan berkesan terlalu datar. Namun, dengan tata produksi kelas atas serta penampilan para jajaran departemen akting yang mumpuni, Modus Anomali tetap hadir setingkat di atas kelas film-film thriller Indonesia kebanyakan.

Modus Anomali (Lifelike Pictures, 2012)

Modus Anomali (2012)

Directed by Joko Anwar Produced by Sheila Timothy Written by Joko Anwar Starring Rio Dewanto, Hannah Al Rashid, Izzati Amara Isman, Aridh Tritama, Surya Saputra, Marsha Timothy, Sadha Triyudha, Jose Gamo, Roy Cunong, Isabelle Patrice, Maxi, Gema Vyandra Avanta Music by Aghi Narottama, Bemby Gusti, Ramondo Gascaro Cinematography Gunnar Nimpuno Editing by Arifin Studio Lifelike Pictures Running time 86 minutes Country Indonesia Language English

41 thoughts on “Review: Modus Anomali (2012)”

    1. hey agan bernama AGUS seharusnya kita yang maju dengan cara pengunaan bahasa asing(inggris) sehingga membuat film2 indonesia bisa go international. jangan bahasa yang bukan standar international yang di pakai kalo cuma di persembahkan buat orang2 seperti anda.modus anomali sudah standart high quality movies di indonesia kebanyakan .tapi bagi pencinta joko anwar movies kita diberikan pertayaan dalam awal film sehingga dari kita sudah di ajak berfikir.selamat menikmati MODUS ANOMALI .jaya terus perfileman indonesia

  1. Saya menyukai filmnya!!
    Terlepas dari fakta bahwa saya adalah penggemar film2 Joko Anwar, film ini mempunyai twisted plot yang bisa dibilang cukup mumpuni, meskipun saya sudah menebak, tapi saya tidak menyangka tebakan tersebut punya twist tersendiri.
    Meskipun di awal film alur-nya sedikit lamban, tp momen2 selanjutnya membuat kita ikut di dalam kisahnya dan perjalanan John mencari ‘the truth’.
    Yang paling saya suka adalah nada bicara John pada ‘paruh ke-2’ film, sangat disturbing dan sampai sekarang masih menggema di telinga saya.

  2. Saya tidak begitu menyukai film Joko yang satu ini. Jujur,pada awal saya datang ke bioskop saya datang dengan perspektif dimana film ini adalah karya dari sang jenius,saya juga memiliki ekspetasi yang tinggi untuk film ini, namun pada pertengahan film saya mulai merasa bosan. Film Joko dengan imajinasi yang luas ini menjadi film yang tidak terfokus arah imajinasinya dan malah jadi meleber kemana2. Mengapa? Saya adalah pecinta film thriller,dan film ini tidak berdasar pada rentetan peristiwa yang ada. Saya tidak tahu di bagian mana Joko Anwar ingin mengajak penonton untuk bermain imajinasi. Film tersebut dapat dengan mudah saya menebak jalan ceritanya. Dan ada banyak kekurangan dari efek visual,namun cukup dibantu oleh score musik yang handal. Saya merindukan film2 Joko Anwar dengan genre Comedy yang disisipi ”social politic”.

    1. Sejauh ini tidak ada komentar untuk Modus Anomali yang dihapus karena tidak layak. Tiga komentar diatas adalah seluruh komentar yang masuk untuk review ini.

  3. visually the film, i think, standout from all other indonesian director. I’m not Joko Anwar fans and last time I saw his movie was Janji Joni, which has totally different theme and genre than this one.
    I think his visual is very strong, unique, that we might guess who made the movie without being told.
    BUT… I don’t like the story.
    I was also wondering why he use english on this one, so fake! especially mbak timothy (ato siapa itu, istrinya surya saputra di film ini); she’s obviously not used to speaking english (at least that what I see on the movie).

    PS:I also wondering why I use english for my comment this time(?????). F*CK ENGLISH! (dikatakan dengan nada Marsellus Wallace ketika bilang “f*ck pride!” ke bruce willis.

  4. Setelah menonton Modus Anomali, banyak kekecewaan yang saya dapatkan. Mungkin karena saya datang ke bioskop dengan ekspektasi tinggi. Banyaknya Plot-holes disana-sini yang mengganjal terasa menyesakkan dada setelah kesimpulan cerita dijelaskan diakhir film.

    Jujur, saya merasa dijebak sama film ini. Bukan dijebak dalam arti ceritanya berhasil membuat saya tidak bisa menebak endingnya (itu betul), tapi dijebak karena trailer dan hint-hint dalam film banyak yang sengaja misleading untuk menipu tebakan penonton.

    SPOILER WARNING***:

    Kekecewaan saya langsung muncul pada saat judul Modus Anomali
    terpampang dilayar menutup film. ada shot-shot di trailer ternyata tidak saya temukan di film. Lihat trailer ini:

    1. Shot terakhir di trailer ini menunjukkan mata si ” pembunuh” , tapi ternyata tidak ada shot tersebut di sepanjang film. Saya jelas merasa ditipu, karena seharusnya trailer itu berisi shot-shot atau adegan-adegan cuplikan dari film. Shot ‘mata’ tersebut adalah bukti kecurangan filmmaker untuk memanipulasi jalan cerita, karena diakhir film sangat jelas digambarkan bahwa selama ini ‘pembunuh’ yang mengejar karakter Rio Dewanto ternyata adalah dirinya sendiri (dan itu jelas bukan mata Rio).

    2. Kemudian, kalau karakter Hanah Al-Rasyid adalah istri dari seorang ayah yang dibunuh oleh karakter Rio Dewanto, kenapa suara dari Rio Dewanto yang berbicara saat mengambil karakter Hanah sedang menyisir rambut di depan kaca lewat handycam? suara dan aksen ingrrisnya jelas sekali kalau itu Rio. Apalagi kalau bukan untuk me-mislead penonton supaya berpikir bahwa karakter Rio adalah sang Ayah dari keluarga yang dibunuh.

    3. Kemudian, kenapa karakter si anak perempuan sebelum mati dipelukan karakter Rio Dewanto berkata “Daaaddy…” sebelum mati? jelas diakhir cerita karakter Rio bukan Ayahnya. Saya mengerti ini adalah pengalih cerita agar penonton semakin yakin karakter Rio Dewanto adalah Ayah dari anak gadis tadi, tapi sayang sekali sedikit dipaksakan.

    4. Lalu selama ini si “pembunuh” dengan baju dokter menenteng crossbow itu hanyalah halusinasi dari kakater Rio? kalau benar halusinasi, bagaimana bisa halusinasi melepas anak panah, melukai dan membakar peti dengan bensin?

    5. Penggunaan bahsa inggris dengan tujuan mendapatkan international exposure sah-sah saja, tapi aksen Rio masih belom sempurna seperti native speakers. Aksen Anak gadis sudah sangat bagus, sayang aktingnya tidak begitu meyakinkan sebagai anak yang kedua orang tuanya dibunuh.

    Faktor lain kekurangan film ini adalah Reason Why. Apa alasannya karakter Rio yang jelas Psycho itu melakukan itu semua? untuk apa dia rela mengubur dirinya semalaman,berlari-lari, keringetan, muntah-muntah, untuk apa?
    Menurut saya, sebuah karakter yang memorable adalah dia punya motif atau alasan mendalam kenapa dia melakukan hal yang dilakukannya. Contohnya karakter Norman Bates dalam film ‘Psycho’ karya Alfred Hitchcock. Di akhir cerita dijelaskan kenapa dia bisa menjadi seorang Psycho hingga membunuh orang-orang dengan menggunakan pakaian Ibunya. Penjelasan bahwa Norman adalah anak yang selalu di dikte keras oleh Ibunya, kemudian ia membunuh ibunya sendiri dan mencoba menghapus dosanya dengan berperan sebagai ibunya adalah alasan yang kuat kenapa ia menjadi seorang Psikopat.
    Sama halnya dengan film ‘Saw’, karakter Jigsaw Killer memiliki alasan yang sangat mendalam. kita menemukan diakhir cerita bahwa si pembunuh adalah orang yang mengidap penyakit kronis sehingga ia membenci orang-orang yang tidak menghargai hidup mereka.
    Di dalam film ini tidak ada penjelasan kenapa karakter Rio Dewanto berbuat demikian, tidak ada motif sama sekali. he’s just a plain character with psycho habit and does that just for fun. Alangkah ceteknya.
    Saya tadinya berharap bahwa dia seorang Ayah yang tidak berhasil memiliki keluarga yang bahagia sehingga berusaha menjadi ‘Ayah’ bagi keluarga lain lalu membunuh satu persatu, mungkin dengan begitu ada sedikit makna dibalik ketidakwarasan karakter Rio. Tapi nyatanya dia memiliki keluarga yang baik-baik saja yang selama ini tidak tahu apa yang ia lakukan. Lalu pertanyaannya kembali lagi: what is the reason-why?

    Lepas dari banyaknya kejanggalan dan kecurangan storyline yang dibangun Joko, film ini tetap layak tonton. Akting Rio Dewanto musti saya kasih two thumbs up. Dia berhasil membuat penonton relate dengan apa yang karakter-nya rasakan: bingung, kelelahan, takut etc.
    Art Direction dari Mas Iwen juga sangat mendukung jalan cerita sekaligus sukses membuat ‘dunia’ yang seakan bukan di Indonesia seperti yang diharapkan Joko. Sound design film ini juga luar biasa membuat mood scene by scene terasa mencekam sehingga bunyi alarm seperti berasal dari penonton di depan saya. Sinematografi Unay juga sangat apik dalam membuat lighting cahaya bulan di hutan belantara pada waktu malam terasa sangat alami. Sayang ada satu shot dimana kamera mengintip ke dalam rumah dan bergerak mundur menampilkan silhouette bentuk kamera pada dinding kaca. Buat saya hal itu cukup mengganggu ketegangan saat menonton film.

    untuk film ini saya kasih nilai 1-10:
    Naskah cerita – 4
    acting – 9.5 (only for Rio Dewanto)
    Music & Sound – 8
    Sinematografi – 7
    Art Direction – 8
    Penyutradaraan – 8.5

    1. 1. Shot terakhir di trailer ini menunjukkan mata si ” pembunuh” , tapi ternyata tidak ada shot tersebut di sepanjang film. Saya jelas merasa ditipu, karena seharusnya trailer itu berisi shot-shot atau adegan-adegan cuplikan dari film. Shot ‘mata’ tersebut adalah bukti kecurangan filmmaker untuk memanipulasi jalan cerita, karena diakhir film sangat jelas digambarkan bahwa selama ini ‘pembunuh’ yang mengejar karakter Rio Dewanto ternyata adalah dirinya sendiri (dan itu jelas bukan mata Rio).

      wah, anda belum nangkep alur ceritanya, yang mengejar Rio itu bukan diri sendiri, tapi anak-anak yang ayah dan ibunya dibunuh (keluarga 1 yang ibunya sedang hamil), mereka harus ngebunuh rio, soalnya di kasih surat, kalo mau ayah selamat, bunuh saya (tapi sebenernya ayahnya udah mati)

      3. Kemudian, kenapa karakter si anak perempuan sebelum mati dipelukan karakter Rio Dewanto berkata “Daaaddy…” sebelum mati? jelas diakhir cerita karakter Rio bukan Ayahnya. Saya mengerti ini adalah pengalih cerita agar penonton semakin yakin karakter Rio Dewanto adalah Ayah dari anak gadis tadi, tapi sayang sekali sedikit dipaksakan.

      dia manggil ayahnya bukan bermaksud manggil si rio, tapi dia sedih ga berhasil ngebunuh rio dan ga bisa nyelametin ayahnya (yang padahal udah mati dibunuh rio), makanya dia manggil “dady” dan sekali lagi itu bukan untuk rio

      4. Lalu selama ini si “pembunuh” dengan baju dokter menenteng crossbow itu hanyalah halusinasi dari kakater Rio? kalau benar halusinasi, bagaimana bisa halusinasi melepas anak panah, melukai dan membakar peti dengan bensin?

      sekali lagi, itu bukan halusinasi, tapi anak dari keluarga yang dibunuh (keluarga 1), tapi emang ada halusinasi sih, soalnya dia ngeliadnya itu orang pake masker

      terus alasan untuk jadi phsico saya juga ga nemu, tapi bisa aja ini untuk kesenangannya dia

      ya untuk sementara segini dulu, terima kasih 🙂

  5. kalo disamakan sama alfred hitchcock, jelas beda, karena joko anwar lebih mirip david lynch yang memang penjelasan dari cerita itu, harus ditelaah dengan ketelitian dan interpretasi. jadi ide cerita dan detailnya memang oke, persis kayak kata seorang penulis jepang ryunosuke akutagawa: there’s no simple truth

  6. Rizkicssi,

    anda berkata “sekali lagi itu bukan halusinasi”, lalu setelah itu anda bilang :tapi emang ada halusinasi sih”, mana yang benar?

    Jelas saya tidak menangkap. Kalau yang mengejar Rio adalah kedua anak yang orang tuanya dibunuh, kenapa yang penonton dan karakter Rio lihat adalah seseorang dengan baju dokter menenteng crossbow? Di tiap scene dimana karakter anak-anak ditunjukkan, juga tidak terlihat mereka memiliki keberanian bisa melakukan hal-hal tersebut seperti memanah, membakar peti dll. Mereka cenderung, sembunyi dan menjaga jarak dari karakter Rio. Sebaliknya saat “si pembunuh” “diperlihatkan” mengejar-ngejar karakter Rio, kita medapati karakter yang brutal, (menggedor-gedor pintu, menusuk peti dengan parang etc). Sangat bertolak belakang.

    diakhir cerita karakter Rio membantai keluarga karakter Surya Saputra dengan baju dokter, itulah kesimpulan saya kenapa semua itu halusinasi dari karakter Rio.

    Cerita ini dibangun dengan sangat baik diawal hingga tengah cerita bahkan pada ‘twist’nya di-akhir. sayangnya, Joko seperti kehabisan akalnya sendiri untuk membuat alibi yang kuat guna menutupi lubang-lubang cerita yang diciptakannya diawal.

    1. Memang kadang ada yg bngung.
      Di scene terakhir rio nyuntik dri dia sndiri.suntikan itu adlh buat menghlangkn hingatan dan membuat halusinasi,dan efek sampingnya muntah2 dlu.kan jelas dia bilang’NOW GIVE ME A FUCKING MONSTER’mksudna monster ya halusinasi.stiap ngliat anak2 tu dia ngliatnya si pembunuh…anak2 tu brani bnuh si rio dah ktauan dri mreka bwa piso dan alat2 lainnya,yg mnah dan gedargdor pintu tu si cewek krna dia pngen bnget nylametin ayahnya..dan soal dia mati bilang ‘daddy’,smua orang psti saat mti inget ke orang yg dia syang apalgi pas keadaan kyak gtu,si anak pngen bnget nylamtin ayhnya tpi sdih dah mti duluan..cerita modus anomali sngaja kyak gtu supaya kita bsa berimajinasi sendiri…anda thu sndiri lah joko anwar

  7. seriusan, di keluarga yang ke 2 kan anak cowo semua, makanya si rio itu di akhir cerita, berharap akan mendapatkan “mimpi yang lebih liar” maksudnya lebih menantang maut karena pada keluarga 1 ada anak perempuannya

    di akhir cerita ketika 2 anak cowo sedang pingsan dia menulis pesan, “bunuh saya kalau ayah kalian mau selamat” kemudian rio mempersenjatai mereka dengan parang, panah, bahkan pistol pada keluarga yang ke 2 (pada keluarga ke 1 tidak)

    jadi penjelasan itu terjadi pada keluarga ke 2 dan bisa di samakan pada keluarga 1

    maka saya bilang yang mengejar2 ria adalah anak-anak dengan sedikit halusinasi sehingga yang terlihat adalah orang dengan masker

    misalkan itu bukan anak2, rio pasti sudah mati karena pada film, tidak ada kontak fisik langsung karena mereka memang tidak berani (kecuali dengan panah, jarak jauh kan), tidak seperti pembunuh biasanya yang sering mengejar orang yang mau di bunuh

    terus kenapa ketika anak-anak mendekati rio seperti mengendap2, karena mereka ingin membunuh, begitu mas ^_^

  8. Oke Rizkicssi, thanks atas komennya. sedikit membantu untuk mencoba menerima tapi kejanggalan masih ada dibenak saya soal munculnya halusinasi karakter Rio melihat orang berseragam ala dokter.

    Cerita yang baik menurut saya adalah cerita yang menampilkan misi/goal/motivasi dari karakter utama. kalo kata guru screenwriter bernama Syd Field dalam bukunya, setiap karakter harus memiliki motivasi kuat untuk mendapatkan apa yang dia mau hingga motivasi itu menggerakkan alur cerita. Disini sosok psikopat Rio tidak ada alasan yang jelas, mengapa dia melakukan itu semua. itu alasan saya menilai cerita ini dangkal.

    btw, thanks atas commentnya.

  9. sama-sama mas

    iya soal kenapa anak2nya terlihat menjadi manusia bermasker masih tanda tanya buat saya

    mungkin seperti kata mas, jika motivasinya lebih jelas filmnya bakal lebih bagus lagi

    sekali lagi makasih mas ^_^

  10. Waaaahhh diskusinya makin seru di sini!!!

    Kalau saya bilang kenapa Bang Joko tidak menjelaskan motivasi si John adalah agar memperluas imajinasi penontonnya, supaya penonton bisa memberikan intepretasi sendiri apa motif di balik semua Modus yang dia lakukan.

    Terus kenapa dia berimajinasi melihat manusia bermasker berbaju bedah adalah karena dia membunuh pake baju bedah dan imajinasinya juga semakin liar karena suntikan berwarna hijau itu.

    Kalo adegan di trailer gak ada di film itu mah biasa, banyak yg memang dibuat mislead seperti itu.

    Namanya juga mindfuck twisted movie… biasalah klo bermain-main sama pikiran…

  11. Kalau Joko mau buat cerita seperti itu terserah dia, tapi dari semua buku screenwriting yang saya baca seperti buku Syd Field, Robert Mckee yang mana mereka adalah guru besar dari para screenwriters yang sudah sukses, semua karakter harus memiliki motivasi. karena itulah yang membuat penonton memiliki kedekatan emotional dengan main charater. Imajinasi penonton bisa berkembang jika cerita yang dibuat masuk ke akal pemikiran penonton. sayangnya karakter John disini tidak, at least untuk saya.

    semua orang sah saja menulis cerita semaunya. tapi kalau tidak mengikuti kaidah penulisan naskah yang baik dan pattern-pattern yang diterapkan dalam formula screenwriting, ceritanya tidak akan appeal untuk orang lain.

    trailer yang me-mislead pemikiran penonton akan alur cerita yang akan disuguhkan itu sah-sah saja. tapi trailer yang me-mislead penonton dengan shot yang ternyata tidak ada di dalam filmnya sama sekali, itu baru namanya cheating atau kecurangan. sayangnya Joko menggunakan itu untuk menjebak penontonnya.

  12. Yah setidaknya ceritanya appeal dan enjoyable kok untuk saya yang awam soal film ini.
    Mungkin karena saya memilih untuk surrender sama filmnya instead ngebandingin sama film-film karya guru besar atau nyari2 kekurangan filmnya.
    Saya kan penonton, bukan kritikus.

    Btw, yang ditonton kan filmnya, bukan trailernya. Orang nonton film ini bukan karena pingin liat adegan mata itu, kan? Film2 seperti Harry Potter atau Lilo and Stitch juga pernah tidak menampilkan adegan di trailer di filmnya. Karena, sekali lagi, yang ditonton ya filmnya bukan trailer.

    Hanya sekedar opini, berbeda pendapat itu biasa bukan… =)

  13. berbeda pendapat tentu saja fine. Justru bagian ‘ Leave a Reply’ dibawah blog ini dibuat supaya kita sesama penikmat film bisa berdiskusi, bukan nyari2 kekurangan film.
    Jutsru kita melihat pendapat masing2 apa yang menjadi kekuatan dan kekurangan dari film Modus Anomali ini. kalau memang bilang berbeda pendapat itu biasa, wajar dong kalau ada penikmat film yang mengungkap kekecewaannya terhadap film ini dengan tujuan mendapatkan point of view yang berbeda dari penikmat film yang lain. Bukan untuk nyari2 kesalahan.

    Yang ditonton jelas film, bukan trailernya itu saya setuju. Tapi bayangkan jika anda pesan nasi goreng karena yang terpampang di buku menu ada udangnya, tapi setelah makanan datang, udang yang anda cari tidak ada. apakah anda akan kecewa? buat saya itu mengecewakan. Dan itulah pengalaman yang saya dapatkan dari film ini.

    Kalau perfileman Indonesia memang mau maju, filmmaker kita harus bisa dikritik dan mendengarkan review dari penonton. Tujuannya supaya filmmaker Indonesia harus punya benchmark yang bagus, yaitu dengan melihat ajaran dari guru besar screenwriting dan filmmaker luar yang punya track record bagus dan prestasi international. bukan membandingkan, tapi memiliki benchmark yang baik. kalau tidak punya benchmark yang bagus, bagaimana perfileman Indo mau maju?

    Sayangnya terlalu banyak penonton Indonesia yang hanya memilih surrender dengan film yang disuguhkan di bioskop dan stasiun TV swasta. Gak heran peretelevisian dan film-film bioskop Indonesia masih didominasi dengan film dan acara yang hampir tidak mengalami kemajuan compare dengan 10 tahun lalu.

  14. Iyah, Mr. Observer… saya setuju film maker Indonesia harus dikritik biar bisa tambah maju.
    Makanya dengan diskusi ini ilmu saya tentang film jadi bertambah lagi, untuk itu saya berterimakasih sama Mr. Observer… maklumlah baru belajar belakangan ini.

    Dr awal saya sudah menyampaikan pandangan saya mengenai motivasi tokoh utama.
    Dan, klo mau mengkritik, sih sebenernya ya ada aja kekurangan setiap film, master seperti Haneke atau Polanski aja msh bisa dihujat kok.

    So, stlh dipikirkan, emg motivasi tokoh John Evans, slain dia adl seorg Adrenaline Junkie, msh sgt dipertanyakan dan jd ruang utk kita berimajinasi sendiri, siapa sebenernya sosok John Evans.
    Terus, twistnya emg mumpuni utk genre film yg terbilang msh baru di Indonesia, tp utk saya twistnya bisa ketebak bahkan sblm saya menonton film ini, mskipun saya kira twistnya sprti Identity, dan ternyata malah lbh mnyrupai Funny Games.

    Dan, mengenai trailer… yaaaah, saya mengertilah kekecewaan anda =)

    Untuk Mas Amir, maaf ya jadi ‘nyampah’ di blognya… hehehe… diskusi sprti ini sayang untuk dilewatkan sih… trutama utk org yg msh blajar soal film sprti saya.

    Thx

    1. yg lupa dijelasin juga adalah dompet, isinya koq ada ktp john evans dan foto istri dan anak, di akhir cerita kayaknya ngga dikasih liat kalau dia ngambil dompetnya surya (atau udah tapi gue gak perhatiin karena lagi bb an kebosenan ma ni film). plus what’s up with the special effect, pas muntah keliatan banget kaya muntah di sebelah keran

      film ini bakal jauh lebih bagus kalau bukan rio melulu yang disorot, harusnya dibanyakin juga dari angle kedua anak kecil korban tersebut. dan penggunaan bahasa inggris itu agak aneh sih, sekalian aja harusnya cast bule2 yang main, ga usah dipaksain orang indonesia tapi ngomong bahasa inggris

    2. Sama sekali enggak terganggu dengan debat komentar yang berlangsung di blog saya. Malah merasa bangga punya pembaca blog yang cerdas-nya seperti Anda dan yang lainnya. Terima kasih sudah selalu berkunjung ke blog saya. Appreciate it so much.

      Salam kenal!

      1. @Mas Arif Salam kenal juga, ya. Saya bener-bener belajar banyak dari blognya Mas Arif ini.

        @Mas Setiawan Arie, setuju banget sama adegan muntah, keliatan banget disiram dari samping.

  15. Sama-sama Afebrina, mudah-mudahan blog review seperti ini bisa menjadi wadah buat penikmat film Indonesia untuk bisa bertukar pikiran, memberi masukan, kritik yang tujuannnya bisa memajukan kualitas dari film-film tanah air.

    Cheers,

  16. Saya sangat setuju sekali dg pendapat yg mengatakan bahwa yg mamburu John Evans itu sbnenarnya anak gadis dan anak lelaki keluarga pertama. Seperti yg kita tahu d akhir cerita, anak2 keluarga itu d persenjatai anak panah dll. Dan bukti lainnya adalah, ketika sang anak laki-laki berkata pda kakaknya,kira2 gini: ‘aku udh bosen bunuh org’. Nah dri kata itu bsa d jlaskan lagi bhwa mereka lh yg sbnarnya yg memburu s John evans.
    Dan adegan d trailer yg tdk terdapat dlam filmnya itu sah sah saja, bnyak jga perfilman hollywood yg melakukan hal yg sma untuk bertujuan mengecoh penonton yg udh punya ekspektasi lain sblm nonton filmnya, dan itu mrupakan salah satu kiat atau strategi pemasaran yg wajar menurut saya 🙂

  17. iya, saya baru aja nonton lagi nih bis donlot di ganool ni film, dan saya semakin yakin kalo yang ngejar² si John itu ya anak-anaknya. Dia ngeliat kalo yang ngejar² adalah orang berbaju dokter ya karena serum yang bikin dia lupa ingatan dan berhalusinasi. Ini dipertegas dengan adegan dia melihat bayangan mayat Istri keluarga pertama bangun, ya kan ^_^

    Dan soal motivasi, dia seorang psikopat aja udah cukup menjelaskan kepada saya mengapa dia melakukan hal itu.

    Ini kan bukan pelajaran Matematik atau pelajaran Fisika, jadi kita bebas-bebas aja dan ga harus ngikutin yang ahli dalam film itu hehe.

  18. saya tidak perlu menilai secara detail, bagi saya yang terpenting adalah saya sangat sangat menikmati film ini dengan semua kejanggalan dan detail cerita, serta menyadari sedikit kesalahan teknis ‘crew’ pada film ini, namun saya berhasil menemukan semua jawabannya di dalam benak saya dan itupun tidak akan selesai jika ditumpahkan dalam komentar ini.
    namun yang pasti rindu saya akan film seperti ‘ini’ di indonesia akhirnya terlepaskan, dengan alur cerita yang kompleks. saya adalah penggemar film-film yang disajikan dengan storyline yang memusingkan (memento, the forgotten, shutter island, mystic river, inception, paprika, babel, cloud atlas dll) dan penggila video game menegangkan yang ‘berfikir’ (Silent Hill series). bagi saya film Modus Anomali adalah pencapaian yang tidak boleh disepelekan untuk film Indonesia, namun sayangnya tidak semua penikmat film yang ada di Indonesia menyadari akan kerennya film ini jika mereka mau sedikit menguras otak dan mencermati dengan teliti pada tiap scene, bersabar dengan klimaks dan terkejut puas menemukan semua jawabannya di dalam pikiran (disertai dengan tersenyum-senyum sendiri).
    saya berterima kasih untuk Joko Anwar, juga dengan mas Amir Syarif Siregar yang telah mereview dengan padat sehingga membangkitkan semangat saya untuk berbagi opini. tidak ada pendapat yang salah, hanya selera, sudut pandang dan pengalaman kita kadang tidak sama. 🙂

  19. Terlepas dari beragam kontroversi yang terpampang jelas dalam berbagai komen di Blog ini, ada beberapa hal yang membuat saya berpikir bahwa ternyata masih banyak penonton yang “sadar” bahwa Indonesia masih perlu film berkualitas yang “memaksa” penonton berpikir, deg2an, sedih dan tertawa … Yang saya herankan sampai detik ini, kenapa 5 besar film Indonesia masih didominasi film Horror Esexesex (Film esek2 yang dibumbui Horror)??

  20. yang jelas, film MODUS ANOMALI ini kebanyakan bisa dicerna lewat penjelasan artikel atau pendapat. menurut saya, terlihat jelas sekali bahwa penonton kebanyakan tidak benar-benar paham bila hanya menonton film nya saja tanpa membaca artikel dan pendapat dari film ini. memang menurut saya, film ini sangat sulit dicerna dengan baik. mungkin saja memang benar, joko sedikit kehabisaan akal untuk menutupi lubang-lubang misteri yang seharusnya bisa dikeluarkan lebih baik lagi, bahakn sangat baik lagi. sehingga penonton hanya menebak-nebak misteri-misteri klasik tersebut. dan dalam dunia perfilman, hal ini kurang baik… sekian kritik dari saya:)

  21. Film ini bergenre Psychological thriller yang mana ceritanya berfokus pada satu karakter utama dan biasanya karakter tersebut tidak dapat membedakan antara halusinasi dan kenyataan (Black Swan, The Machinist). Jadi semua adegan/kejadian di film sebelum si John menyuntikan cairan ‘the truth’ itu bisa jadi hanya halusinasi atau emang benar-benar nyata, itu sudah jadi tujuan si sutradara untuk membuat penontonnya sedikit berpikir dan menebak-nebak. Menurut saya pribadi kejadian diparuh pertama memang sebagian adalah halusinasi John Evans.

  22. wow…jujur saya sendiri lum pernah nonton film indonesia. bukan karena apa…. kebanyakan kualitas film indonesia kurang bagus dibanding film luar…maap…. sayang jika harus membayar utk kualitas yg tidak sebanding.

  23. rizkicssi: “Dan soal motivasi, dia seorang psikopat aja udah cukup menjelaskan kepada saya mengapa dia melakukan hal itu.”

    Seperti yang saya bilang sebelumnya, hal yang dilakukan john evans memang membuktikan dia psikopat, tapi jika hanya itu motifnya, ceritanya menjadi cetek sekali. Tanpa adanya alasan lain itulah yg membuat saya menilai film ini tidak ada ‘bobot’nya. dia akhir film kepala saya bertanya2: so whats the point?

    walaupun film bukan pelajaran dalam kurikulum sekolah, tapi film punya kaidah dan pedoman untuk diikuti. Film adalah karya seni seorang sutrada dan memang terserah dia mau bikin cerita seperti apa. Tapi jangan kita lupakan, film adalah juga media komunikasi ke publik. saat film telah di release, itu menjadi milik masyarakat dan mau tidak mau masyarakat yang akan menilainya apakah film itu layak tonton, kurang medidik, mengeksplotasi seks atau pun hal lainnya.

    Disaat yang bersamaan kita sebagai masyarakat juga bebas menilai produk apa yang bagus atau yang kualitas kw. inilah intinya diskusi tersebut.

  24. hello mas amir syarif, salam kenal..bolehkan saya numpang komen..?
    hhe

    @kesumaw99 : setuju gan, ane juga penikmat film barat, bahkan kalo di suruh nton film asia pasti saya pilih film dari negara tetangga yaitu thailand, tapi kalau kita sabagai warga negara indonesia tidak bisa menghargai karya cipta anak bangsa sendri, bagaimana negara ini bisa maju? yah setidaknya saya selalu menyempatkan waktu nton film indonesia yang bermutu, contohnya : cin(t)a, jelangkung, tusuk jelangkung, 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, V/H/S 2(yang main epi kusnandar, keren banget sob filmnya, banyak diakui oleh amerika bahwa ini film bagus buatan indonesia) merupakan beberapa jejeran film indonesia yang harus dipertimbangkan lagi dalam artian yah layak tonton…begitupun modus anomali..jadi ga semua film dalam negeri tuh jelek ko gan…yah film hollywood oke lah, bagus, karena apa?
    semua negara mengakuinya dan itu ga luput dari masyarakat amerikanya sendiri yang bisa menghargai karya bangsanya..begitu aja sih gan dari saya..hhehe,no hurt feelling yah gan, hanya masukan saja,xixi

    @all : modus anomali saya suka setelah di pertengahan menit terakhir, di awal saya merasa bosan sekali, tapi untuk endingnya saya sangat suka..ga suka di awal-pertengahan aja..yang setuju acung tangan!^^

  25. Sy barusan aja nonton film ini.
    It’s sooooooo BORING!

    Dari awal ud banyak sy skip skip, smp akhir.

    My view on this:
    1. Alur.
    Banyak adegan yg bertele-tele, shg membuat boring. Pdhl harusnya bisa diisi dng scene2 yg lbh menarik.
    Or mgkn krn kehabisan ide, jd dipanjang2in?

    2. Aksen Inggrisnya. OMG!
    Terlalu memakasakan.

    3. Acting.
    Utk pemeran anak2, worse than the accent.
    Utk pemeran dewasa, rio kurang menjiwai. Abis lari2, napasnya ngos2an, TAPI matanya berbohong!
    Cmon man! Org ngos2an, matanya seger bgt, ga ada look takut, cape, parno, etc etc.
    Pemeran dewasa lain, ok lah. Ga dpt take tll lama, jd std aja.

    4. Cinematografi.
    Paling OK dr semua.

    FINAL RESULT: 3 out of 10

    Dont waste your time watching this movie…

    *maaf kl ada yg tersinggung =D bukan mksd tdk menghargai, ini hanya pandangan jujur dr seorang pecinta film.
    I believe Indonesia can do much more!

Leave a Reply