Review: The Vow (2012)


Pertama-tama… The Vow, yang dibintangi oleh Rachel McAdams (The Notebook, 2004) dan Channing Tatum (Dear John, 2010), bukanlah sebuah film yang diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Nicholas Sparks – penulis versi novel dari The Notebook, Dear John dan juga sederetan kisah romansa lain seperti Message in a Bottle (1999), A Walk to Remember (2002) atau The Last Song (2010). The Vow, yang berkisah mengenai perjuangan seorang suami yang mencoba bertahan ketika sang istri kehilangan memorinya setelah sebuah kecelakaan yang mereka alami, memang terdengar seperti jalinan kisah romansa yang akan ditulis oleh Sparks. Jalan cerita The Vow sendiri terinspirasi dari kisah nyata yang sama yang dialami oleh pasangan Kim dan Krickitt Carpenter dari New Mexico, Amerika Serikat yang kemudian menuliskan kisah mereka pada buku yang berjudul The Vow: The Kim and Krickitt Story (2000) – walaupun versi film dari The Vow tidak begitu terikat dengan alur cerita dalam buku tersebut.

Seperti layaknya film-film drama romansa lainnya, The Vow dimulai dengan kisah pertemuan antara Leo Collins (Tatum) dan Paige Thornton (McAdams). Saling menyukai satu sama lain, hubungan Leo dan Paige berjalan dengan cukup cepat hingga akhirnya Leo dan Paige memutuskan untuk menikah. Namun, kisah indah pernikahan mereka ternyata tidak berjalan begitu lama. Tidak berapa lama menjadi pasangan suami istri, Leo dan Paige terlibat dalam sebuah kecelakaan yang kemudian membuat keduanya harus dilarikan ke rumah sakit. Beruntung, Leo tidak mengalami luka-luka yang parah. Sayang, hal yang sebaliknya justru terjadi pada Paige. Benturan yang terjadi di kepala Paige ketika kecelakaan membuatnya kehilangan sebagian memorinya… memorinya mengenai pernikahan dan cintanya dengan Leo.

Setia dengan janji untuk setia dalam kondisi apapun yang ia hadapi dengan Paige, Leo bertekad untuk merawat Paige hingga ia dapat memperoleh memorinya kembali. Tapi, tentu saja, tekad tersebut tidak dapat dijalankan dengan mudah. Orangtua Paige, Bill (Sam Neill) dan Rita Thornton (Jessica Lange), datang dan mencoba untuk membawa jauh Paige dengan alasan bahwa Paige akan lebih baik jika kembali ke lingkungan keluarganya. Di saat yang sama, memori Paige justru masih tertahan pada ingatan bahwa dirinya masih mencintai Jeremy (Scott Speedman), mantan kekasihnya semasa kuliah dulu. Halangan demi halangan jelas tidak akan begitu saja meruntuhkan tekad Leo untuk tetap mencintai Paige. Namun… apakah Leo masih akan tetap bertahan setelah sekian lama memori Paige tidak juga kembali?

Entah karena jalan cerita film ini diilhami oleh sebuah kisah nyata atau fakta bahwa Nicholas Sparks sama sekali tidak terlibat dalam jalan cerita film ini, The Vow harus diakui tidaklah seburuk yang akan banyak diduga orang. Tentu jalan ceritanya akan begitu mengingatkan banyak orang pada 50 First Dates (2004) atau film Asia, A Moment to Remember (2004), namun dengan penggarapan yang tepat, sutradara The Vow, Michael Sucsy (Grey Gardens, 2009), mampu mengolah segala ke-klise-an jalan cerita drama romansa yang terdapat dalam The Vow menjadi begitu efektif, tidak bertele-tele dan akhirnya mampu memainkan emosi penontonnya dengan baik.

Perbedaan utama dari The Vow dengan banyak film drama romansa yang mengadaptasi kisahnya dari novel karya Nicholas Sparks adalah The Vow sama sekali tidak berusaha untuk membuat penontonnya tersentuh dan menangis ketika menyaksikan jalan ceritanya. Momen-momen indah tersebut datang secara alami berkat kisah romansa dan tragedi yang mampu mendukung satu sama lain serta, yang paling utama, chemistry yang sangat erat dan meyakinkan yang terbentuk antara Rachel McAdams dan Channing Tatum. Tentu, semua orang telah memiliki ekspektasi tersendiri mengenai apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka memilih untuk menyaksikan film ini. Sucsy secara cerdas mampu melawan ekspektasi tersebut dengan memberikan kisah yang sederhana namun jauh lebih efektif dari berbagai film-film hasil adaptasi novel Nicholas Sparks maupun drama romansa modern lainnya.

The Vow bukannya tampil tanpa cela. Kisah romansa antara karakter Leo dan Paige tampil begitu dominan dalam film ini yang mengakibatkan ketika Sucsy kemudian mencoba mengangkat kisah masa lalu karakter Paige, kisah tersebut tidak begitu mampu bersanding dengan baik dengan kisah utama film ini. Akibatnya, kisah-kisah seperti kisah hubungan Paige dengan keluarganya atau kisah hubungan Paige dengan mantan kekasihnya menjadi tampil kurang maksimal dan gagal tergali dengan baik. Untungnya, para pemeran pendukung film ini, khususnya Jessica Lange, mampu membuat adegan-adegan yang melibatkan kehadiran mereka terasa jauh lebih efektif.

Berbicara mengenai departemen akting, The Vow tampil sangat efektif karena dua pemeran utamanya, Rachel McAdams dan Channing Tatum. McAdams sekali lagi membuktikan bahwa ia adalah seorang aktris yang sangat dapat diandalkan untuk membuat setiap penonton jatuh hati dengan karakter yang ia mainkan. Tidak peduli seperti apa karakter yang ia perankan, penonton akan dapat dengan mudah bertekuk lutut pada kharisma dan daya tarik yang ditampilkan McAdams. Untungnya, Tatum juga mampu tampil dengan daya tarik yang sama. Harus diakui, Tatum bukanlah seorang aktor dengan kedalaman yang khusus dalam berakting. Namun, Anda harus mengakui bahwa Tatum adalah aktor yang cerdas dalam memilih karakter yang akan ia perankan. Karakter Leo Collins adalah karakter yang sangat tepat untuk diperankan Tatum. Hasilnya, ditambah dengan chemistry yang sangat meyakinkan yang ia hasilkan bersama dengan McAdams, Tatum mampu tampil memikat dalam The Vow.

Hal terbaik dari The Vow adalah pengarahan Michael Sucsy atas naskah cerita film ini yang sama sekali tidak pernah terasa untuk menyeret penontonnya untuk merasakan kebahagiaan maupun tragedi yang dirasakan dua karakter utama yang ada di dalam jalan cerita film ini. Sucsy tidak memaksakannya, namun menceritakannya secara alami sehingga, mau tidak mau, penonton akan secara perlahan mampu merasakan atmosfer romansa tersebut. Beberapa bagian cerita pendukung gagal untuk dikembangkan dengan baik. Namun, chemistry yang begitu kuat dan meyakinkan yang terbentuk antara Channing Tatum dan Rachel McAdams mampu membuat The Vow menjadi sebuah drama romansa yang jauh lebih berkelas daripada film-film sepantarannya.

The Vow (Screen Gems/Spyglass Entertainment, 2012)

The Vow (2012)

Directed by Michael Sucsy Produced by Gary Barber, Roger Birnbaum, Jonathan Glickman, Paul Taublieb Written by Abby Kohn, Marc Silverstein, Jason Katims (screenplay), Stuart Sender (story) Starring Rachel McAdams, Channing Tatum, Sam Neill, Scott Speedman, Jessica Lange, Jessica McNamee, Tatiana Maslany,  Wendy Crewson, Sarah Carter, Lucas Bryant, Dillon Casey, Rachel Skarsten, Kristina Pesic, Brittney Irvin, Jeannane Goossen, Kim Roberts Music by Michael Brook, Rachel Portman Cinematography Rogier Stoffers Editing by Melissa Kent, Nancy Richardson Studio Spyglass Entertainment/Screen Gems Running time 104 minutes Country United States Language English

6 thoughts on “Review: The Vow (2012)”

  1. Maaf, ini ngak ngingetin saya ama 50 first date, sama sekali gak.
    Ini jauh lebih baik.

    Pelajaran tentang dampak.
    hal kecil bisa mengubah segalanya.
    tentu saja dari sudut pandang percintaan.

    I luv Channing and Rachel 😀

  2. Wah… betul tuh… ini film bagus bro n sis… kemarin baru nonton di Fox Movies Premium. Langsung tek di hati, kalau mencintai seseorang itu demi kebahagiaannya, bukan keegoisan kita… 🙂

Leave a Reply