Review: Rio (2011)


Sukses dengan franchise Ice Age (2002 – 2009) yang berhasil meraih pendapatan lebih dari US$1, 8 milyar dari perilisan tiga serinya, sutradara Carlos Saldanha kembali berkolaborasi bersama Blue Sky Studios untuk memproduksi Rio. Dalam film ini, penonton akan dikenalkan kepada Blu (Jesse Eisenberg), seekor burung makaw biru yang dulunya diselundupkan dari Rio de Janeiro, Brazil, sebelum akhirnya ditemukan dan kemudian dirawat oleh Linda Gunderson (Leslie Mann). Walaupun cerdas, Blu yang sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan sesama burung lainnya, akhirnya memiliki kepribadian yang tertutup pada orang lain, cenderung ceroboh dan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk terbang.

Tanpa disangka, seorang ahli burung asal Brazil, Túlio Monteiro (Rodrigo Santoro), kemudian mendatangani Linda dan mengatakan bahwa Blu adalah burung berjenis kelamin pria terakhir dari dari spesies burung makaw biru. Karenanya, Túlio kemudian berniat untuk membawa Blu untuk kemudian dijodohkan dengan Jewel (Anne Hathaway), burung makaw biru berjenis kelamin perempuan yang saat ini sedang berada di bawah perawatan Túlio. Walau awalnya Linda menolak karena takut berpisah dengan Blu, namun akhirnya Linda menerima tawaran Túlio untuk berangkat ke Brazil bersama Blu guna menghindarkan spesies makaw biru dari kepunahan. Di saat yang sama, seorang penyeludup burung eksotis Brazil, Marcel (Carlos Ponce), ternyata telah menyusun rencana untuk menculik Blu dan Jewel serta menjualnya ke pasar gelap dengan harga yang sangat tinggi.

Rio akan dapat dengan mudah menarik perhatian setiap penontonnya akibat penggunaan berbagai warna terang yang dimanfaatkan dengan baik oleh Saldanha dalam mengeksplorasi keindahan alam Brazil. Sayangnya, naskah cerita Rio yang ditulis oleh Saldanha bersama Earl Richey Jones dan Todd R. Jones sama sekali tidak menawarkan hal baru dengan seringkali terasa bagaikan sebuah perpaduan antara kisah Finding Nemo (2003) – kisah orangtua yang berusaha untuk menemukan kembali anaknya yang hilang – dengan Madagascar (2005) – sekelompok hewan yang berusaha untuk beradaptasi setelah terdampar di sebuah lingkungan yang asing. Walau beberapa kali mampu menghadirkan beberapa guyonan singkat yang menghibur dengan plot cerita yang masih cukup mampu untuk dapat terus mengalir, Rio tetap saja terasa begitu datar dalam penceritaannya.

Untungnya, deretan karakter yang hadir di film ini cukup mampu menawarkan beberapa warna tersendiri bagi para penontonnya, khususnya beberapa karakter pendukung seperti pasangan burung Pedro (Will.I.Am) dan Nico (Jamie Foxx) serta Luiz (Tracy Morgan) yang hadir dengan banyak deretan dialog komikal yang dieksekusi dengan cukup baik. Hathaway dan Eisenberg sendiri terasa kurang begitu istimewa dalam mengeksplorasi teknik vokal mereka dengan Eisenberg kadang terasa terlalu datar dan kurang berapi-api dalam menghantarkan beberapa dialognya yang seharusnya dihadirkan dalam tingkat emosional yang lebih tinggi. Pun begitu, sama seperti pengembangan jalan cerita film ini, setiap karakter yang hadir di film ini tidak mendapatkan pendalaman karakter yang sempurna dan cenderung membuat mereka begitu mudah untuk dilupakan.

Latar belakang cerita yang berada di Brazil sendiri tidak hanya memberikan keuntungan bagi para pembuat film Rio dalam mengeksplorasi warna-warna kekayaan alam negara Amerika Latin tersebut, namun juga mengeksplorasi musiknya yang begitu kaya dan sangat terasa hidup. Jika tata musik film ini mendapatkan pengarahan penuh dari John Powell, maka lagu-lagu yang berada di film ini mendapatkan supervisi dari musisi populer asal Brazil, Segio Mendes. Lewat sentuhan Mendes, setiap lagu yang dihadirkan mampu terasa begitu catchy dengan pengaruh musik tradisional khas Brazil yang sangat kental. Penataan musik dan lagu-lagu yang berada di film ini menjadi sedikit keunggulan dari Rio yang masih mampu membuat film ini terasa menyenangkan untuk dinikmati.

Dengan ilustrasi beberapa karakter yang lucu, beberapa guyonan yang mampu bekerja dengan baik, tampilan visual yang memikat dan musik yang gegap gempita, Rio sebenarnya masih cukup mampu untuk tampil menghibur, khususnya sebagai sebuah film keluarga. Sayangnya, di masa dimana setiap film animasi berusaha untuk menampilkan keunggulann jalan ceritanya yang khas, Rio harus diakui akan begitu mudah dilupakan akibat sempitnya imajinasi jalan cerita yang dikembangkan serta karakterisasi yang terasa cukup dangkal pada film ini. Ini yang membuat Rio terkesan lebih unggul dalam penampilan visualnya daripada kemampuannya dalam menjalin hubungan emosional dengan penontonnya. Tidak buruk, namun juga tidak akan memberikan kesan yang begitu mendalam.

Rio (Blue Sky Studios, 2011)

Rio (2011)

Directed by Carlos Saldanha Produced by Bruce Anderson, John C. Donkin Written by Don Rhymer, Joshua Sternin, Jeffrey Ventimilia, Sam Harper (screenplay), Carlos Saldanha, Earl Richey Jones, Todd R. Jones (story) Starring Jesse Eisenberg, Anne Hathaway, George Lopez, Jemaine Clement, Jake T. Austin, Leslie Mann, Rodrigo Santoro, Tracy Morgan, Will.i.am, Jamie Foxx, Francisco Ramos, Jane Lynch, Wanda Sykes, Sofia Scarpa Saldanha, Bernardo de Paula, Carlos Ponce, Jeffrey Garcia, Davi Vieira Music by John Powell Cinematography Renato Falcão Editing by Harry Hitner Studio Blue Sky Studios Running time 96 minutes Country United States Language English

2 thoughts on “Review: Rio (2011)”

  1. Selling point Rio terdapat pada musiknya. Jalan ceritanya memang biasa. Guyonannya lucu, tapi tidak istimewa. Musik di film ini membuat Rio menjadi lebih dapat dinikmati. Karakter yang berperan penting dalam film ini, menurut saya, justru bukanlah Blu dan Jewel, namun Pedro (Will.I.Am) dan Nico (Jamie Foxx). Karakter Nigel, si burung kakak tua jahat, juga punya posisi yang tidak kalah, terutama ketika dia menyanyikan lagunya yang kocak abis “… like an abandoned school, I have no principal.” Patut ditonton dan DVDnya layak untuk dikoleksi.

  2. Rio keren dan sangat memorable. yang bikin aku suka adalah moral value film ini “kita harus melestarikan satwa langka dan memerangi perdangangan bebas satwa langka”.
    Good job BlueSky and Carlos Saldanha!! Sukaaa banget filmnya, tapi kecewa kenapa film sebagus ini ngga masuk nominasi Animasi Terbaik Oscar dan Golden Globe 😦

Leave a Reply