Review: Final Destination 5 (2011)


Dengan premis mengenai para karakter yang berusaha untuk menghindari (baca: mencurangi) datangnya kematian yang menghantui mereka – yang awalnya merupakan sebuah naskah cerita karya Jeffrey Reddick untuk serial televisi popular, The X-Files (1993 – 2002), yang belum pernah diproduksi sebelumnya –  Final Destination (2000) kemudian berkembang menjadi sebuah franchise horor remaja yang mampu menarik perhatian begitu banyak penggemar film dunia. Sayangnya, penggunaan premis yang sama secara berulangkali dalam setiap seri franchise Final Destination, justru yang akhirnya membuat franchise ini lama-kelamaan terasa begitu monoton, walau sepertinya setiap orang tetap penasaran untuk menonton lanjutan seri ini demi melihat jenis kematian apalagi yang akan ditawarkan para produser franchise Final Destination kepada mereka.

Setelah Final Destination 3 (2006) yang semakin banyak mendapatkan kritikan tajam dari kritikus film dunia sekaligus pendapatan yang tergolong tidak begitu istimewa, New Line Cinema akhirnya memutuskan seri keempat akan menjadi seri terakhir dari franchise Final Destination. Mereka bahkan memberikan seri tersebut judul The Final Destination (2009) yang menandakan bahwa seri tersebut menjadi ‘tujuan akhir’ dari seluruh perjalanan franchise yang kini telah berusia 11 tahun ini. Kejutan! Walau para kritikus film masih bersemangat untuk meletakkan kebencian mereka pada franchise tersebut, dengan bantuan harga tiket yang melambung akibat penggunaan teknologi 3D, The Final Destination kemudian berhasil mengumpulkan jumlah pendapatan terbesar dari seluruh seri yang ada di franchise Final Destination. Di sebuah industri dimana uang merupakan faktor pendorong utama, New Line Cinema akhirnya memutuskan untuk kembali melanjutkan franchise ini dengan memproduksi Final Destination 5.

Tentu saja, penonton tidak dapat mengharapkan pihak produser untuk memberikan perubahan fantastis pada pola penceritaan seri terbaru ini. Premisnya masih sama: sekelompok orang yang seharusnya tewas akibat sebuah tragedi kemudian berhasil melarikan diri dan menyelamatkan nyawa mereka… untuk kemudian menyadari bahwa sang kematian tidak menyenangi perubahan rencana yang tiba-tiba tersebut dan mengejar setiap orang yang telah meloloskan diri tersebut. Yang jelas menjadi perhatian besar adalah bagaimana cara kematian untuk menjebak setiap orang tersebut untuk kembali ke pangkuannya, sekaligus memberikan kengerian dan arus adrenalin yang tinggi kepada setiap penontonnya.

Dan harus diakui, Final Destination 5 mampu menghadirkan sebuah pacuan adrenalin yang sangat kuat pada penontonnya. Seri ini bahkan berhasil menghadirkan beberapa jebakan kematian dengan tingkat kesadisan dan kengerian yang melebihi jebakan kematian yang hadir pada seri-seri sebelumnya. Bagian kematian di awal film – ketika para karakter terjebak dalam tragedi dimana susunan sebuah jembatan perlahan hancur – ditampilkan dengan tingkat detil gambar yang begitu kuat serta kehadiran cara kematian yang begitu sadis dan dipenuhi darah yang memenuhi setiap sudut layar bioskop. Penggunaan efek visual 3D juga mampu dimanfaatkan dengan maksimal yang semakin menambah tingkat kejutan bagi penonton dalam menyaksikan kematian demi kematian yang hadir di hadapan mereka. Sebuah twist yang secara cerdas diletakkan di akhir kisah film ini juga akan mampu membuat setiap penggemar setia film ini berteriak kaget dan tidak percaya mengenai apa yang mereka saksikan.

Jika tampilan visual mampu hadir lebih impresif dari empat seri sebelumnya, Final Destination 5 dapat dinilai memiliki departemen akting yang lebih buruk dari departemen akting yang tampil pada seri sebelumnya. Semenjak adegan pembuka film ini hadir, penonton telah disajikan kemampuan akting yang menyedihkan dari jajaran pemeran film yang kebanyakan diisi oleh aktor dan aktris yang namanya mungkin belum pernah didengar penonton sebelumnya. Lihat saja bagaimana Miles Fisher – yang memerankan karakter bernama Peter Friedkin – tampil dengan ekspresi wajah yang begitu datar bahkan ketika kematian telah datang untuk menghampirinya. Dua pemeran utama film ini, Nicholas D’Agosto dan Emma Bell, juga tidak lebih baik dari Fisher maupun para pemeran lain di film ini.

Tampil sama buruknya adalah naskah cerita yang ditulis oleh Eric Heisserer. Sebelumnya berpengalaman dalam menghadirkan reboot A Nightmare on Elm Street (2010) yang berkualitas menyedihkan itu, Heisserer sama sekali tidak peduli dengan adanya pengembangan karakter maupun kontinuitas adegan antara satu cerita dengan cerita lainnya. Heisserer juga tidak mampu menghadirkan kisah yang menarik ketika Final Destination 5 tidak sedang menghadirkan kisah sang kematian yang memburu para korbannya. Ditambah dengan kemampuan akting para jajaran pemeran Final Destination 5 yang lemah tadi, ini yang membuat seri ini tampil sedikit monoton dan cenderung datar ketika sedang menghadirkan kisah drama antara para karakternya.

Sutradara Final Destination 5, Steven Quale, sepertinya hanya hadir untuk memimpin proses produksi film ini, tanpa mampu memberikan pengarahan yang berarti kepada para jajaran pemerannya untuk menghidupkan karakter mereka lebih nyata lagi. Jalan cerita yang ia eksekusi juga tidak memiliki kualitas yang lebih baik dari jalan cerita seri-seri sebelumnya di franchise Final Destination. Pun begitu, penonton pastinya telah menyadari benar mengenai apa yang akan mereka dapatkan pada setiap seri franchise ini. Bukan akting maupun kualitas cerita tingkat tinggi, namun sebuah hiburan sinematik yang cukup memuaskan dimana penonton dihadirkan adegan-adegan horor pemacu adrenalin yang disajikan dengan tingkat visual yang memukau dan semakin terkesan nyata dengan tambahan teknologi 3D dalam penyampaiannya.

Final Destination 5 (Practical Pictures/Zide Pictures/Jellystone Films, 2011)

Final Destination 5 (2011)

Directed by Steven Quale Produced by Craig Perry, Warren Zide Written by Eric Heisserer (screenplay), Jeffrey Reddick (characters) Starring Nicholas D’Agosto, Emma Bell, Miles Fisher, Arlen Escarpeta, David Koechner, Tony Todd,  Ellen Wroe, Jacqueline MacInnes Wood, P. J. Byrne, Courtney B. Vance, William Bludworth, Brent Stait Music by Brian Tyler Cinematography Brian Pearson Editing by Eric Sears Studio Practical Pictures/Zide Pictures/Jellystone Films Running time 92 minutesCountry United States Language English

12 thoughts on “Review: Final Destination 5 (2011)”

  1. kalo slm ini aku tonton dr seri 1-4, menurutku yg aktingnya plng bagus cuma si devon sawa, yg main di seri 1 klo ga salah..

    1. Menurut saya departemen akting yang lumayan kuat itu ada di seri pertama hingga ketiga. Setelahnya, seri ‘Final Destination’ lebih berfokus pada tampilan visual daripada cerita dan aktingnya.

  2. Bagi yang sempat kecewa dengan FD 4, dipastikan akan terpuaskan oleh FD 5 ini.
    Adegan2 kematian yang sangat Sadis, Kreatif dan Detil, ditambah dalam format 3D … KEREN !

  3. filmnya keren banget, pokonya nontonnya ga nyesel deh,, aku suka dari seri pertama sampai yang ke 5,, semuanya filmnya menegangkan,, semalem yang nonton film ini full , penuh dengan teriakan, asli seru banget filmnya, wajib ditonton !!

Leave a Reply