Review: Purple Love (2011)


Setelah Ngebut Kawin (2010) dan sebuah bencana perfilman nasional yang berjudul Kabayan Jadi Milyuner (2010), sutradara Guntur Soeharjanto untuk kali ketiga bekerjasama dengan penulis naskah Cassandra Massardi. Lewat Purple Love, Guntur kali ini menggunakan para personel salah satu kelompok musik paling populer di Indonesia, Ungu, sebagai bintang utamanya. Para personel Ungu, walaupun tidak menampilkan kemampuan akting yang spektakuler, harus diakui tampil dengan kapasitas akting yang sama sekali tidak mengecewakan untuk debut penampilan layar lebar mereka. Naskah karya Cassandra Massardi dan arahan dari Guntur Soeharjanto, di sisi lain, adalah dua hal yang membuat Purple Love terlihat akan segera menyusul prestasi Kabayan Jadi Milyuner tahun lalu dengan menjadi salah satu kontender film Indonesia terburuk tahun ini.

Sebenarnya, Purple Love sangat berpotensi untuk menjadi sebuah drama komedi romantis yang sangat menghibur. Dan hal itu dapat dilihat dari paruh pertama durasi penceritaan film ini. Dikisahkan, Pasha yang baru saja berniat untuk meminang kekasihnya, Lisa (Qory Sandioriva), harus menemui fakta pahit bahwa sang kekasih memutuskan hubungan mereka dan memilih hati seorang pria lain untuk tempatnya memadu cinta. Melihat kondisi Pasha yang terus terpuruk selepas kepergian Lisa, teman-teman Pasha di tempatnya bekerja, sebuah advertising agency bernama Heaven, memutuskan untuk menghubungi Purple Heart, sebuah tempat dimana mereka yang patah hati dapat menemukan potensi mereka untuk dapat berbahagia kembali. Semacam Heart-Break.Com, namun dengan bayaran yang lebih rendah, tuntutan yang lebih ringan, dan tanpa kehadiran Lukman Sardi sebagai pemimpin operasinya.

Lewat Purple Heart pimpinan Talita (Nirina Zubir), Pasha secara perlahan mampu menyadari bahwa hidup dapat terus berlanjut setelah kepergian sang kekasih hati. Namun, pekerjaan Talita tidaklah hanya berhenti pada tahap tersebut. Talita juga harus dapat menemukan seorang wanita untuk menggantikan posisi Lisa di hati Pasha. Talita kemudian mengirimkan klien-nya yang lain, Shelly (Kirana Larasati), untuk menjumpai Pasha. Sialnya, Shelly malah bertemu dengan teman Pasha, Oncy, dan saling jatuh hati pada pandangan pertama. Sementara itu, hubungan Pasha dan Talita semakin dekat… Sebuah hal yang dirasakan Talita sebagai suatu hal yang salah dan harus dihentikan akibat sebuah rahasia yang telah lama ia pendam sendiri.

Sekitar empat puluh lima menit awal dari Purple Love merupakan bagian keemasan dari masa penceritaan film ini. Setelah mengisahkan kisah putusnya hubungan Pasha dan Lisa, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kepribadian dan kinerja profesional Pasha, Purple Love kemudian menampilkan kisah perkenalan dan semakin mendekatnya karakter Pasha dan Talita dengan cara yang komikal dan sangat menghibur. Bagian ini juga diwarnai dengan kehadiran kisah mekarnya romantisme antara karakter Oncy dan Shelly, yang mampu ditampilkan begitu menghibur sehingga seringkali dapat mencuri perhatian penonton dari kisah utama hubungan antara Pasha dan Talita.

Lalu, tibalah paruh kedua film yang naskahnya seperti ditulis oleh orang yang berbeda dan dengan tujuan penceritaan yang berbeda pula. Entah mengapa, Cassandra sepertinya memiliki sebuah keharusan untuk menghadirkan kisah yang mendayu-dayu untuk menciptakan kesan romantis yang lebih mendalam pada jalan cerita Purple Love. Sayangnya, hal tersebut ia lakukan dengan memilih sebuah jalan yang terasa begitu klise… dengan cara menghadirkan sebuah penyakit mematikan kepada salah satu karakter. Kehadiran plot mengenai seorang karakter yang menderita penyakit mematikan tersebut kemudian mengubah seluruh ritme cerita yang sebelumnya telah tercipta. Kisah hubungan Oncy dan Shelly dihapus secara keseluruhan, beberapa komedi masih dapat diselipkan, namun jalan cerita secara tiba-tiba beralih dan didominasi oleh kisah mengenai rasa kemanusiaan. Jalan cerita yang sedari awal berkisah mengenai petualangan cinta dan kehidupan setiap karakternya, kemudian berubah menjadi kisah bagaimana mereka mulai menemukan arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika Anda bertanya-tanya, tema yang ingin dibawakan Cassandra di sini adalah kebahagiaan sejati dapat diraih dengan cara membahagiakan orang lain yang sedang berada dalam kesusahan. Sangat inspirasional… namun diletakkan dalam konteks yang sedikit kurang tepat.

Tidak hanya itu, bagian akhir kisah kemudian diwarnai dengan begitu banyaknya kejutan yang tidak perlu dan kemunculan beberapa karakter yang tiba-tiba memiliki arti tersendiri dalam kehidupan karakter yang telah ada sebelumnya. Hubungan karakter Pasha dan Talita yang akan berlanjut ke jenjang pernikahan, tiba-tiba ‘diperumit’ oleh salah satu karakter tersebut yang entah kenapa harus membawa kembali karakter Lisa – yang tadinya benar-benar hilang di pertengahan cerita – untuk hadir dalam kisah cinta mereka. Kemudian masih ada kemunculan karakter tante dari karakter Talita yang diperankan oleh aktris Henidar Amroe. Kemunculannya sendiri tidak begitu berpengaruh besar pada jalan cerita. Hanya dijadikan jembatan bagi karakter Pasha untuk mengenal karakter Talita di masa kecilnya, termasuk sebuah impian besarnya yang masih belum terwujud.

Kecuali Kirana Larasati, rasanya tidak ada yang benar-benar tampil menonjol dalam departemen akting Purple Love. Walau tidak mengecewakan, para personel Ungu masih dapat dirasakan kaku pada beberapa bagian. Nirina Zubir juga hadir dengan kapasitas akting sebagai Nirina Zubir yang selama ini sering ia perlihatkan di berbagai karakter yang ia perankan sebelumnya. Henidar Amroe tampil dengan porsi cerita yang sama sekali menyia-nyiakan bakat aktingnya. Dan Qory Sandioriva? Benar-benar menyia-nyiakan kesempatan akting yang diberikan padanya dengan penampilan yang hampir dapat disebut datar di setiap kehadiran karaakternya. Hanya Kirana Larasati yang mampu tampil mencuri perhatian. Dengan penggambaran karakter yang sedikit nyeleneh jika dibandingkan karakter-karakter lain yang ada di dalam jalan cerita, Kirana mampu menghidupkan karakter yang ia perankan dengan baik dan tampil sebagai bintang utama dari Purple Love.

Hadir dengan jalan cerita yang cukup memikat pada awalnya, dengan penceritaan yang menghibur dan dikemas dengan  porsi romansa dan komedi yang tepat, Purple Love kemudian terlihat kehilangan arah dalam penceritaannya. Dipenuhi dengan berbagai hal-hal klise yang senantiasa mewarnai drama Indonesia, serta kehadiran beberapa plot cerita tambahan yang sama sekali tidak perlu, Purple Love secara perlahan mulai terasa melelahkan dan tidak dapat dinikmati. Hal ini terus berlanjut hingga akhirnya durasi film usai dengan kualitas penceritaan benar-benar berada pada titik yang sangat tidak memuaskan. Sama sekali tidak ada yang dapat diunggulkan dari film ini. Beberapa bagian masih dapat dinikmati, namun secara keseluruhan, Purple Love adalah sebuah kekecewaan besar. Strike three, Guntur-Cassandra!

Purple Love (Starvision, 2011)

Purple Love (2011)

Directed by Guntur Soeharjanto Produced by Chand Parwez Servia Written by Cassandra Massardi Starring Pasha, Nirina Zubir, Oncy, Kirana Larasati, Makki, Enda, Rowman, Henidar Amroe, Qory Sandioriva, Djenar Maesa Ayu, Unang, Imey Liem Music by Tya Subiakto Satrio Cinematography Fadjar Soebekti Editing by Cesa David Luckmansyah, Ryan Purwoko Studio Starvision Running time 100 minutes Country Indonesia Language Indonesian

Leave a Reply