Review: Confessions (2010)


Berdasarkan novel laris karya Kanae Minato, Confessions mengisahkan mengenai kepedihan hati seorang guru, Yuko Moriguchi (Takako Matsu), atas kematian putri tunggalnya. Oleh pihak kepolisian, kematian sang putri dinyatakan adalah akibat dari sebuah kecelakaan. Namun, dalam pengakuan yang ia buat di hadapan para murid-muridnya, ia mengatakan bahwa anaknya meninggal bukan karena kecelakaan, melainkan dibunuh oleh dua orang siswa yang juga sedang berada di kelas tersebut. Yuko tidak menyebut secara spesifik siapa kedua orang tersebut, dan sama  sekali tidak berniat untuk mengajukan mereka kepada pihak yang berwajib. Namun, sebagai seorang guru yang merasa wajib untuk menghukum setiap muridnya yang melangggar aturan, Yuko telah merancang hukuman tersendiri bagi dua orang tersebut. Hukuman yang dibuat agar kedua orang tersebut mampu lebih mendalami apa arti hidup sebenarnya… sekaligus menjadi awal rentetan tragedi yang terjadi di sepanjang cerita film ini.

Sesuai judulnya, pengakuan Yuko Moriguchi kemudian diikuti berbagai pengakuan dari karakter-karakter lain yang memiliki keterikatan dengan kematian putri Yuko, baik langsung maupun tidak langsung. Pengakuan-pengakuan ini berbeda satu sama lain, namun memiliki sudut pandang yang sama: berisikan rasa dendam dan keinginan yang tak dapat dipenuhi atas pengakuan dari orang lain atas keberadaan dirinya. Adalah mudah untuk menilai mana karakter antagonis dan mana karakter protagonis jika penonton baru mendengar satu pengakuan saja. Namun, dengan menyajikan deretan pengakuan dari setiap karakternya, Confessions terlihat berusaha untuk mengaburkan atau malah menghilangkan sama sekali definisi tersebut di dalam penceritaannya.

Walau menyelimuti kisahnya dengan deretan adegan penuh kekerasan yang terkadang cukup menyesakkan untuk disaksikan, Confessions memiliki tema yang sebenarnya cukup mendalam untuk disajikan. Yang paling terutama, Confessions seperti ingin menegaskan bahwa konsep baik dan buruk yang ada saat ini tak lebih adalah sebuah batasan yang dibuat sendiri oleh masyarakat, suatu hal yang seringkali bergeser sesuai dengan apa yang dipelajari masyarakat di keseharian mereka. Apa yang baik bagi sebuah kalangan, belum tentu baik bagi kalangan lain. Apa yang baik pada satu jangkauan waktu, belum tentu akan dipandang baik pada beberapa jangkauan waktu ke depan.

Konsep ini sama dengan konsep balas dendam yang menjadi benang merah di keseluruhan pengakuan setiap karakter di film ini. Balas dendam butuh sebuah sudut pandang yang tepat untuk dapat dijalankan dengan baik. Ketika penonton menyaksikan Yuko Moriguchi melakukan balas dendam kepada kedua orang murid yang telah membunuh putrinya, mungkin sebagian dari penonton akan menganggapnya wajar. Namun, setelah mengetahui latar belakang dua orang tersebut – seorang pelaku selalu berada pada barisan manusia yang dianggap lemah dan pecundang sementara seorang lainnya memiliki latar belakang dimana dirinya selalu disakiti oleh sang ibu yang kemudian membuatnya terobsesi untuk menunjukkan keberadaannya pada orang yang sangat dicintainya tersebut – sebagian dari penonton akan dibawa pada pemikiran adalah wajar, dengan latar belakang kelam seperti itu, kedua orang tersebut jatuh terjerembab untuk melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Walau tetap menyalahkan mereka, tidak tertutup kemungkinan penonton akan turut merasa iba pada mereka.

Walau begitu, Confessions bukanlah sebuah film yang ingin membanggakan dan menyarankan penggunaan ide ‘nyawa dibalas dengan nyawa.’ Confessions tampil jauh lebih pintar dari itu. Film ini memberikan pengajaran pada penontonnya bahwa, apapun bentuknya, setiap tindakan akan memiliki sebuah konsekuensi kepada setiap pelakunya, suka atau tidak. Secara tidak langsung, Confessions juga berniat untuk membuka mata setiap penontonnya mengenai bagaimana tatanan dan keadaan masyarakat saat ini, yang dipenuhi oleh rasa benci satu sama lain, ketidakpedulian hingga rasa dendam dan amarah yang menggelora – yang begitu mendalam dan terus menerus diturunkan pada setiap garis keturunan manusia.

Tidak hanya kuat dari sisi cerita, Confessions juga terbukti memiliki banyak kekuatan dari berbagai aspek filmis lainnya. Sutradara Tetsuya Nakashima berhasil dengan sangat baik membungkus cerita yang penuh dengan kesan berat ini dengan tampilan yang sangat memukau. Menampilkan ceritanya dengan menggunakan banyak adegan slow motion, teknik ini terbukti berhasil mampu meningkatkan emosi dan intensitas cerita yang ingin dihadirkan. Editing film dan tata musik semakin menambah keunggulan Confessions dari sisi teknikal. Sementara itu, dari departemen akting, seluruh jajaran pemeran di film ini bermain dengan sempurna, khususnya lima pemeran utama film ini: Takako Matsu, Masaki Okada, Yoshino Kimura,  Yukito Nishii, Kauro Fujiwara dan Ai Hashimoto.

Confessions adalah sebuah kisah yang sangat gelap, yang dengan tegas seperti ingin berteriak bahwa hidup bukanlah sebuah petualangan yang selalu dipenuhi warna-warni keindahan. Hidup terkadang merupakan suatu hal yang pahit. Anda menjadi korban di dalamnya. Dan Anda kemudian menemui kematian Anda. Ironis. Dengan tampilan yang sangat indah, Tetsuya Nakashima berhasil dengan sangat baik membawakan cerita ini. Penuh kepedihan, namun dihantarkan dengan ritme black comedy yang ringan, cerdas, dan sangat mempesona.

Confessions (DesperaDo/Hakuhodo DY Media Partners/Licri/Nippon Shuppan Hanbai (Nippan) K.K./Sony Music Entertainment/Yahoo Japan/Toho Company, 2010)

Confessions (Kokuhaku) (2010)

Directed by Tetsuya Nakashima Produced by Yûji Ishida, Genki Kawamura, Yoshihiro Kobuta, Yutaka Suzuki Written by Tetsuya Nakashima (screenplay), Kanae Minato (novel) Starring Takako Matsu, Masaki Okada, Yoshino Kimura,  Yukito Nishii, Kauro Fujiwara, Ai Hashimoto Music by Toyohiko Kanahashi Cinematography Masakazu Ato, Atsushi Ozawa Editing by Yoshiyuki Koike Studio DesperaDo/Hakuhodo DY Media Partners/Licri/Nippon Shuppan Hanbai (Nippan) K.K./Sony Music Entertainment/Toho Company/Yahoo Japan Distributed by Toho Company Running time 106 minutes Country Japan Language Japanese

7 thoughts on “Review: Confessions (2010)”

  1. ini jadi antrian film2 yang harus di tonton… thanks so much untuk review nya… 😉

    ps. awalnya tertarik dengen judul jepangnya ” Kokuhaku” yang seperti judul lagu group kesayangan sy sekarang ini Caramel Peppers 😀

  2. aku kutip ini, ya brother Hype.

    “Confessions adalah sebuah kisah yang sangat gelap, yang dengan tegas seperti ingin berteriak bahwa hidup bukanlah sebuah petualangan yang selalu dipenuhi warna-warni keindahan. Hidup terkadang merupakan suatu hal yang pahit. Anda menjadi korban di dalamnya. Dan Anda kemudian menemui kematian Anda. Ironis. “

  3. Okay, I watched this movie sometimes ago. Tapi entah kenapa gatel rasanya klo gak komen di sini. Hehehe…
    I just want to say… this movie has some disturbing points and some dark-but-funny moments. One of the best Japanese movie I’ve ever seen.
    Ada rekomendasi untuk film Jepang yang seperti ini? (And, please don’t give me ‘Visitor Q’, it’s too disturbing for me…)
    Thx

  4. Udah lama nonton film ini….
    Baru inget lagi pas buka review ini.
    It was totally WICKED movie!
    I LOVE IT.

Leave a Reply