Review: The Cove (2009)


Perburuan paus dan lumba-lumba adalah satu hal yang sering menjadi kontroversi di berbagai negara. Memang, sebagian negara (khususnya negara Barat) menentang keras adanya perburuan bagi hewan yang populasinya terus menyusut setiap tahunnya tersebut. Namun di sebagian negara, perburuan paus dan lumba-lumba adalah sebuah adat istiadat dan bagian dari sebuah budaya masyarakat disana.

Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan tersebut. Sejarah mencatat semenjak abad ke-12, suku Ainu di Jepang telah memburu paus dan lumba-lumba sebagai bagian dari kebudayaan mereka yang mengkonsumsi daging dua mamalia laut tersebut agar hubungan spiritual antara kedua makhluk hidup ini dapat terjalin erat.

Di zaman modern saat ini, dimana banyak kegiatan perburuan lebih dikarenakan faktor komersialisme dan ekonomi, tentu saja kegiatan tersebut mendapat banyak kecaman. Apalagi dengan semakin terancamnya eksistensi paus dan lumba-lumba dari muka Bumi ini. Kecaman demi kecaman akan terus dilakukan pada negara-negara yang masih saja membiarkan para masyarakatnya untuk memburu hewan-hewan langka.

The Cove adalah sebuah dokumenter yang khusus menyoroti masalah perburuan terhadap paus dan lumba-lumba yang terjadi di Jepang, khususnya kegiatan perburuan tahunan terhadap lumba-lumba yang dilakukan para nelayan di Taiji, Wakayama. Kota ini memang dikenal sebagai pusat perburuan lumba-lumba, dan tercatat sebagai pengekspor lumba-lumba terbesar ke seluruh dunia.

Film ini mengikuti perjalanan Rick O’Barry, mantan pelatih lumba-lumba, untuk mendokumentasikan kegiatan perburuan lumba-lumba di Taiji, Jepang, agar dapat ditunjukkan kepada dunia. Rick sendiri dulunya adalah seorang pelatih lumba-lumba yang turut serta melatih lumba-lumba yang membintangi serial TV populer, Flipper. Namun, seperti yang diceritakan Rick di film ini, tidak hingga saat lumba-lumba tersebut bunuh diri di hadapannya-lah Rick menyadari bahwa senyum dan tawa yang selalu ditampilkan seekor lumba-lumba ternyata hanyalah sebuah kepalsuan belaka yang menutupi betapa tertekannya mereka berada di lingkungan yang terkungkung dan bukan di lautan bebas.

Setelah bertemu dengan Rick, Louie Psihoyos, sutradara film dokumenter ini, kemudian melakukan sebuah perjalanan bersama Rick ke Taiji bersama para kru filmnya. Ia dan Rick kemudia menemukan sebuah tempat dimana pelaksanaan perburuan tersebut dilakukan, dan sebenarnya dapat dilihat secara langsung oleh masyarakat umum. Namun, hal yang paling diincar oleh Louie dan Rick adalah mereka ingin memfilmkan proses pembantaian terhadap lumba-lumba tersebut yang dilakukan oleh para nelayan Jepang tadi di sebuah gua yang berada di daerah tersebut. Akhirnya, mereka bersama tim dari Oceanic Preservation Society, menyusun sebuah rencana yang sebenarnya dapat mengancam posisi mereka secara hukum di Jepang, namun akan tetap mereka lakukan untuk mengungkapkan pada dunia apa yang sebenarnya terjadi pada lumba-lumba yang hidup di Taiji.

Tidak akan ada satupun film disepanjang tahun 2009 lalu yang akan merasuki jiwa dan pemikiran Anda seperti apa yang akan dilakukan The Cove. Dengan teknik narasi yang efektif, Louie Psihoyos menyusun beberapa kumpulan wawancaranya dengan beberapa narasumber mengenai sejarah dan bagaimana perkembangan perburuan paus dan lumba-lumba di banyak negara, khususnya di Jepang. Dan kemudian, Anda juga akan menjadi saksi bagaimana para tim pembuat film ini menyusun rencana mereka untuk menyusup ke daerah gua tersebut (yang sangat, sangat dijaga ketat oleh pihak-pihak yang memiliki aset disana). Proses ini dikumpulkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah thriller berdarah yang luar biasa yang dijamin akanmembuat Anda menahan nafas.

Tentu saja, gambaran-gambaran dari rekaman yang didapat oleh tim ini ketika berhasil menyusup ke dalam gua tersebut dan merekam aktivitas horror yang dilakukan oleh para nelayan (Anda akan terhenyak melihat bagaimana lumba-lumba di Taiji diperlakukan) adalah bagian yang paling kontroversial, mengejutkan sekaligus menjadikan The Cove sebagai sebuah film dokumenter yang sangat kuat. Namun, tak dapat disangkal juga jika kemampuan Louie Psihoyos dalam menyusun setiap adegan film ini, serta menambahkan beberapa tambahan music score yang menyertai di setiap adegan, adalah yang membuat The Cove, secara keseluruhan adalah film yang sangat meyakinkan.

Menggabungkan berbagai fakta nyata, elemen-elemen ilmu pengetahuan serta unsur thriller yang biasa Anda dapat dari sebuah film Hollywood, The Cove berhasil menjadi sebuah film dokumenter yang akan mendidik Anda tanpa Anda merasa sedang didikte dan diajari, menjadio sebuah sarana informasi yang akan memprovokasi naluri dan hati Anda tanpa Anda merasa sedang dalam bujukan para aktivis, dan menghibur Anda tanpa kehilangan unsur-unsur penting yang dibawa film ini. Film ini tidak akan dengan mudah dapat Anda hapus dari ingatan Anda.

Rating: 5 / 5

The Cove (Lionsgate, 2009)

The Cove (2009)

Directed by Louie Psihoyos Produced by Fisher Stevens, Paula DuPre Pesmen Written by Mark Monroe Starring Scott Baker, Joe Chisholm, Mandy-Rae Cruickshank, Charles Hambleton, Simon Hutchins, Kirk Krack, Isabel Lucas, Ric O’Barry,  Hayden Panettiere, Roger Payne, John Potter, Louie Psihoyos, Dave Rastovich, Paul Watson Music by J. Ralph Editing by Geoffrey Richman Distributed by Lionsgate Running time 91 minutes Country United States

One thought on “Review: The Cove (2009)”

Leave a Reply