Review: The Time Traveler’s Wife (2009)


The Time Traveler’s Wife adalah sebuah film drama yang diadaptasi dari sebuah novel sukses berjudul sama karya penulis Audrey Niffenegger. Proses pembuatan film ini sendiri telah dimulai jauh pada September 2007 lalu, dengan perencanaan rilis pada musim gugur 2008. Namun, dengan alasan untuk pengambilan gambar kembali pada beberapa adegan, film ini akhirnya baru dapat dirilis pada tahun 2009.

Disutradarai oleh Robert Scwentke, yang sebelumnya mengarahkan Jodie Foster dalam Flightplan, The Time Traveler’s Wife mengisahkan mengenai Henry (Eric Bana), seorang petugas perpustakaan yang karena kelainan genetis pada dirinya menyebabkan tubuhnya dapat berkelana di dalam ruang waktu. Kelainan inilah yang menyebabkan Henry dapat terus menerus kembali pada kecelakaan tragis yang menewaskan ibunya ketika ia berusia 6 tahun, tanpa dapat melakukan apapun untuk merubahnya.

Di lain pihak, perjalanan waktu yang dilakukan tubuhnya juga menyebabkan ia mengenal wanita yang di masa depan akan menjadi istrinya, Claire (Rachel McAdams), semenjak Claire berusia 6 tahun (Brooklynn Proulx). Setelah dewasa, Henry dan Claire akhirnya dipertemukan kembali, saling jatuh cinta dan akhirnya menikah. Claire, yang pada awalnya begitu tergila-gila dengan Henry, tentu saja sekarang harus menghadapi kenyataan bahwa pria yang sangat ia cintai, dan sekarang menjadi suaminya, dapat saja meninggalkannya tanpa sepengetahuannya terlebih dahulu.

Dua kemungkinan akan terjadi jika Anda pernah membaca novel The Time Traveler’s Wife sebelum Anda menonton filmnya. Yang pertama, Anda tidak perlu bersusah-susah untuk menyiapkan diri untuk berfikir keras mengapa Henry sampai mengalami kelainan genetika tersebut. Kedua, Anda akan merasa nuansa romansa yang ditawarkan film ini kurang sebegitu menggigit daripada yang ditawarkan pada novelnya.

Walaupun versi novel dari The Time Traveler’s Wife sendiri tidaklah dapat disebut sebuah novel romansa yang sangat baik, namun film ini sendiri memang terasa sangat kehilangan sisi romance yang sebenarnya hendak benar-benar ditawarkannya. Tidak sampai pada tahap benar-benar datar dan membosankan sebenarnya. Namun begitu selesai menyaksikan film ini, akan membuat Anda merasa bahwa Anda begitu ingin untuk jatuh cinta dan menyukai film yang memiliki sinematografi lumayan indah ini. Sayangnya, Anda tidak dapat melakukannya karena film ini tidak benar-benar berusaha untuk dapat membuat hati Anda terhubung dan jatuh cinta padanya. Dan hal ini tetap akan terjadi, terlepas dari apakah Anda pernah membaca novelnya atau tidak.

Beruntung, The Time Traveler’s Wife memiliki jajaran pemeran yang sangat, sangat membantu film ini. Penampilan Eric Bana di film ini mungkin akan menjadi salah satu peran terbaiknya dalam sebuah film drama. Rachel McAdams juga tampil sederhana namun mampu membuat Anda merasakan perasaan melankolis yang ada pada karakternya. Berdua, Bana dan McAdams juga mampu menampilkan chemistry yang sangat baik dan meyakinkan.

Secara keseluruhan, The Time Traveler’s Wife mungkin akan bekerja dengan sangat baik bagi mereka penggemar genre drama romantis, walaupun saya sedikit meragukan bahwa mereka akan benar-benar terkesan dengan apa yang ditampilkan di sepanjang film ini. Dengan penampilan para pemerannya yang lumayan meyakinkan plus sinematografi yang cukup membuai, seharusnya The Time Traveler’s Wife mampu tampil lebih baik lagi.

Rating: 3.5 / 5

The Time Traveler’s Wife (2009)

Directed by Robert Schwentke Produced by Brad Pitt, Nick Wechsler, Dede Gardner Written by Jeremy Leven, Bruce Joel Rubin (Screenplay), Audrey Niffenegger (Novel) Starring Eric Bana, Rachel McAdams, Ron Livingston, Stephen Tobolowsky, Michelle Nolden, Jane McLean, Hailey McCann, Tatum McCann, Brooklynn Proulx, Alex Ferris, Fiona Reid, Philip Craig, Maggie Castle, Brian Bisson, Broken Social Scene Music by Mychael Danna Cinematography Florian Ballhaus Editing by Thom Noble Distributed by New Line Cinema Running time 108 minutes Country United States Language English

7 thoughts on “Review: The Time Traveler’s Wife (2009)”

        1. Itu setelah tahu Rachel McAdams berperan sebagai Claire gak, chef? 😀

          Rachel tampil sangat bagus disini, seperti biasanya.
          Yang kurang itu dari sisi cara penceritaan sang sutradara yang… hmmm… sepertinya terbatas akan waktu yah. Hasil akhirnya, versi film dari The Time Traveler’s Wife malah gak kerasa sisi romansanya.

  1. Saya baca nya selama tanggal rilis film nya yang selalu diundur-undur itu..

    iya penampilan dia bagus, sayang cuma gini film nya
    oiyah, katanya film ini mau dibawa ke TV series loh.. Dulu pernah post di trit situ deh 😀

    1. Hmmm… saya lupa soal itu. Blum ada kabar kelanjutan sih mengenai versi seri TV dari The Time Traveler’s Wife. Mungkin bakalan jadi seperti seri Quantum Leap dulu kali yah.

  2. Saya sudah nonton filmnya 3 kali semenjak tahun 2010 sampai 2012. Tidak bosan-bosannya mewek tiap kali nonton. 😦
    Menurutku, yang terlihat di drama ini adalah sisi kekuatan dan keteguhan cinta dua karakter utama. Kalau sisi romantisnya yah, memang terhitung hampir biasa aja.Setelah baca ulasan diatas, saya jadi tertarik membaca novelnya. Semoga saya bisa temukan di makassar ini.
    🙂

Leave a Reply