Review: Invictus (2009)


Nelson Mandela mungkin adalah salah satu tokoh yang paling banyak berpengaruh dan dihormati, tidak hanya di negaranya sendiri, Afrika Selatan, melainkan juga bagi seluruh masyarakat dunia. Ini, tentu saja, karena peranan dirinya yang terus berjuang untuk hak-hak persamaan warga kulit hitam di Afrika Selatan, sekaligus menghapuskan rasa benci terhadap warga kulit putih dari diri warga pribumi di negara tersebut.

Invictus, yang sebelumnya diberi judul The Human Factor, mungkin adalah film yang dapat menggambarkan sekelumit perjuangan Mandela dalam memulai untuk menanamkan berbagai prinsip asas persamaan bagi warga kulit hitam dan kulit putih. Dan hal itu ia mulai bukan dari wilayah dimana ia akan mendapatkan dukungan sepenuhnya.

Diangkat dari sebuah buku biografi berjudul Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game that Made a Nation karya John Carlin, film ini mengisahkan mengenai sebuah pertandingan bersejarah yang terjadi pada 1995 Rugby World Cup yang berlangsung di Afrika Selatan. Judul Invictus sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti tak terkalahkan, yang juga merupakan judul sebuah puisi favorit Nelson Mandela, karya William Ernest Hanley.

Pertandingan tersebut menjadi bersejarah karena saat itu, Nelson Mandela (Freeman) baru saja dilepaskan dari penjara dan terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan, dimana warga kulit hitam akhirnya dapat memberikan suara mereka untuk pertama kalinya. Walau begitu, politik pemisahan kasta atas perbedaan warna kulit (apartheid) masih terus berlangsung. Hal inilah yang menjadi perhatian utama Mandela dalam masa kekuasaan awalnya, untuk menyamakan derajat warga kulit hitam dengan kulit putih, namun tetap menghormati warga kulit putih yang selama ini dinilai telah menindas warga kulit hitam.

Di tempat lain, klub rugby nasional Afrika Selatan, Springboks, baru saja mengalami kekalahan mereka. Tim ini sendiri tidak memiliki dukungan dari warga Afrika Selatan karena dianggap masih melakukan politik apartheid dan lebih mengutamakan pemain berkulit putih.

Berhasil mendapatkan perhatian Mandela, yang menganggap bahwa dengan merubah cara pandang masyarakat Afrika Selatan terhadap Springboks dapat menjadi batu loncatan dalam misinya menerapkan asas persamaan, Springboks, di bawah kepemimpinan kapten tim mereka, Francois Pienaar (Damon), Springboks berlatih keras agar dapat masuk kedalam kejuaraan dunia tersebut. Hasilnya, bukan saja Springboks mampu menunjukkan keunggulan mereka, namun juga berhasil merubah cara pandang masyarakat Afrika Selatan dan memperkecil ruang perbedaan antara warga kulit hitam dengan warga kulit putih.

Dari sisi tema cerita, Invictus mungkin akan menjadi sebuah film bertema olahraga reguler jika tidak dikelola oleh tangan dingin seorang Clint Eastwood. Di tangan Eastwood, Invictus secara mengagumkan berhasil mereka ulang pertandingan bersejarang antara tim nasional rugby Afrika Selatan dengan tim nasional rugby Selandia Baru, sekaligus menangkap esensi dari perbedaan dan jurang yang secara perlahan terhapus antara warga kulit hitam dengan warga kulit putih.

Eastwood juga secara pintar menyelipkan berbagai “wejangan” hidup ala Mandela di film ini, sehingga Invictus bukan hanya menjadi sekedar sebuah tontonan pemberi inspirasi, namun dapat memberikan pembelajaran tersendiri bagi para penontonnya.

Keberhasilan ini tentu saja sangat terbantu dengan keberhasilan seorang Morgan Freeman dalam memerankan tokoh Nelson Mandela. Freeman memang seperti terlahir untuk memerankan sosok Mandela yang sangat kharismatis itu. Dan tidak salah pula jika Mandela-lah orang yang menunjuk langsung Freeman untuk memerankan dirinya. Selain Freeman, aktor Matt Damon juga patut diberikan pujian penuh atas keberhasilannya memerankan Francois Pienaar. Damon, yang dikabarkan harus menurunkan berat badannya dan berlatih keras untuk mendapatkan fisik yang sempurna, berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai kapten tim yang berperan sebagai pemimpin, penyemangat sekaligus nyama utama dari sebuah tim.

Dalam sebuah film seperti Invictus, yang tema utamanya mungkin telah dibuat ratusan kali oleh Hollywood, kunci utama agar penonton masih dapat menikmatinya adalah kharisma yang ditampilkan di dalam film tersebut. Baik dari kharisma para pemain yang berperan di dalam film tersebut, kharisma cerita yang ditawarkan hingga kharisma film secara keseluruhan yang berhasil ditampilkan oleh sang sutradara.

Untuk Invictus, Clint Eastwood secara berhasil mengoptimalkan setiap sisi pendukung film ini sehingga menghasilkan sebuah film bertema olahraga yang sangat memorable dan akan tetap berada di ingatan para penontonnya, bahkan jauh ketika mereka telah selesai menyaksikannya.

 

Invictus (Spyglass Entertainment/Revelations Entertainment/Malpaso Productions/Warner Bros., 2009)

Invictus (2009)

Directed by Clint Eastwood Produced by Clint Eastwood, Lori McCreary, Robert Lorenz, Mace Neufeld Written by Screenplay: Anthony Peckham Book: John Carlin Starring Morgan Freeman, Matt Damon, Tony Kgoroge, Adjoa Andoh, Julian Lewis Jones, Patrick Mofokeng, Matt Stern, Marguerite Wheatley, Patrick Lyster, Leleti Khumalo, McNiel Hendriks, Scott Eastwood, Zak Feaunati, Grant Roberts, Rolf E. Fitschen, Vaughn Thompson, Robin B. Smith, Charl Engelbrecht, Graham Lindemann, Louis Minnaar, Sean Cameron Michael, Danny Keogh, Bonnie Henna, Kgosi Mongape, David Dukas, Hennie Bosman Music by Kyle Eastwood, Michael Stevens Cinematography Tom Stern Editing by Joel Cox, Gary D. Roach Studio Spyglass Entertainment, Revelations Entertainment, Malpaso Productions Distributed by Warner Bros. Running time 133 min. Country United States Language English

Directed by Clint Eastwood
Produced by Clint Eastwood
Lori McCreary
Robert Lorenz
Mace Neufeld
Written by Screenplay:
Anthony Peckham
Book:
John Carlin
Starring Morgan Freeman
Matt Damon
Music by Kyle Eastwood
Michael Stevens
Cinematography Tom Stern
Editing by Joel Cox
Gary D. Roach
Studio Spyglass Entertainment
Revelations Entertainment
Malpaso Productions
Distributed by Warner Bros.
Release date(s) December 11, 2009
Running time 133 min.
Country United States
Language English

Leave a Reply