Tag Archives: Marthino Lio

Review: Pamali (2022)

Setelah DreadOut (2019) – yang posisinya hampir saja digantikan oleh Jailangkung: Sandekala (2022) sebagai film terburuk dalam filmografi sutradara Kimo Stamboel – kini Pamali menjadi film layar lebar teranyar yang alur pengisahannya diadaptasi dari permainan video berjudul sama. Masih membawakan warna horor, film arahan Bobby Prasetyo (Eyang Putri, 2021) ini memiliki alur pengisahan yang terasa begitu familiar bahkan jika Anda sama sekali belum pernah mendengar apapun tentang permainan videonya. Dikisahkan, pasangan muda, Jaka Sunarya (Marthino Lio) dan Rika (Putri Ayudya), mendatangi rumah peninggalan orangtua Jaka Sunarya yang sebenarnya telah cukup lama tidak dikunjungi dengan niatan untuk tinggal beberapa hari guna membersihkannya sebelum kemudian dijual. Seperti yang dapat diduga, sejak pertama kali Jaka Sunarya dan Rika menginjakkan kakinya, atmosfer kelam dan tidak menyenangkan dengan segera menyeruak dari rumah itu. Dengan kondisinya yang sedang hamil tua, Rika meminta kepada sang suami agar keduanya dapat segera meninggalkan lokasi menyeramkan tersebut. Continue reading Review: Pamali (2022)

Review: Gendut Siapa Takut?! (2022)

Diadaptasi dari novel karangan Alnira yang berjudul sama, film terbaru arahan Pritagita Arianegara (Surga yang Tak Dirindukan 3, 2021), Gendut Siapa Takut?!, bercerita tentang seorang penulis novel romansa sukses bernama Moza Aphrodite (Marshanda) yang meskipun memiliki ukuran tubuh yang tidak proporsional namun selalu merasa percaya diri dengan berbagai kemampuan dan pencapaian yang telah berhasil diraihnya. Tetap saja, dengan usia yang terus bertambah, dan kedua orangtua (Tora Sudiro dan Cut Mini) yang terus mendesak, mendapatkan pasangan hidup kini seringkali menjadi fokus dan beban pemikirannya. Moza Aphrodite sebenarnya menyimpan rasa suka kepada Dafian Jatmiko (Marthino Lio), seorang sutradara film terkenal yang akan memfilmkan novelnya. Namun, dirinya enggan untuk bersaing dengan seorang model sekaligus aktris bernama Anggun (Jihane Almira) yang juga sedang berusaha mendapatkan perhatian Dafian Jatmiko. Di lain kesempatan, Moza Aphrodite bertemu kembali dengan Nareswara Radeva (Wafda Saifan Lubis), teman sekelasnya yang dahulu sering menjadikan tubuh gendutnya sebagai bahan ejekan namun sekarang telah berprofesi sebagai seorang dosen dan datang menemui Moza Aphrodite untuk meminta maaf. Pertemuan dengan Nareswara Radeva ternyata perlahan memicu rasa suka di hati Moza Aphrodite. Continue reading Review: Gendut Siapa Takut?! (2022)

Review: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021)

Setelah merilis Posesif (2017) dan Aruna & Lidahnya (2018) yang memiliki pendekatan cerita lebih komersial jika dibandingkan dengan film-film lain yang berada dalam filmografinya, Edwin kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk mengarahkan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang naskah ceritanya diadaptasi dari novel berjudul sama garapan Eka Kurniawan. Mungkin cukup sukar membayangkan kompleksitas konflik dan karakter dalam balutan rangkaian metafora akan isu sosial politik pada masa rezim Orde Baru yang disampaikan melalui linimasa cerita tak beraturan oleh Kurniawan dapat hidup di luar imajinasi para pembaca novelnya. Namun, dengan pengarahannya yang lugas, Edwin tidak hanya mampu menaklukkan tatanan kompleksitas tersebut. Edwin juga dapat menghasilkan jalinan kisah romansa termanis yang pernah hadir dalam film garapannya. Continue reading Review: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021)

Review: Losmen Bu Broto (2021)

Seperti sejumlah rekan sepantarannya seperti Si Doel the Movie (Rano Karno, 2018), Keluarga Cemara (Yandy Laurens, 2019), dan Tersanjung the Movie (Hanung Bramantyo, Pandhu Adjisurya, 2021), alur pengisahan Losmen Bu Broto juga diadaptasi dan terinspirasi dari sebuah serial televisi berjudul Losmen yang dahulu mengudara di saluran Televisi Republik Indonesia dari tahun 1986 hingga tahun 1989. Losmen Bu Broto sendiri bukanlah film cerita panjang pertama yang menggunakan potongan konflik dan karakter dari serial televisi yang diciptakan, ditulis, dan disutradarai oleh pasangan Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing tersebut. Sihombing sebelumnya pernah mengarahkan sebuah film layar lebar berjudul Penginapan Bu Broto (1987) yang menjadi cerita lepasan dari serial televisi Losmen dengan naskah ceritanya masih ditangani oleh Maliyati. Jika dibandingkan dengan Penginapan Bu Broto yang fokus pengisahannya lebih terpaku pada kisah romansa yang terjalin antara beberapa karakternya, Losmen Bu Broto, yang menjadi kolaborasi penyutradaraan Ifa Isfansyah (Koki-koki Cilik, 2018) dengan Eddie Cahyono (Siti, 2014), lebih memiliki kedekatan penuturan cerita dengan serial televisi Losmen yang bertutur tentang dinamika yang terjadi pada jalinan hubungan antar karakter pengisi keluarga pengelola losmen. Continue reading Review: Losmen Bu Broto (2021)

Review: Tersanjung the Movie (2021)

Mengikuti jejak tiga film Si Doel the Movie (2018 – 2020) yang disajikan sebagai lanjutan penceritaan dari serial televisi Si Doel Anak Sekolahan serta Keluarga Cemara (Yandy Laurens, 2019) yang diadaptasi dari serial televisi berjudul sama, Tersanjung the Movie menjadi presentasi teranyar dari film Indonesia yang alur kisahnya diadaptasi atau terinspirasi atau melanjutkan cerita dari sebuah serial televisi popular. Ditayangkan pertama kali pada tahun 1998 di saluran Indosiar, serial televisi Tersanjung dengan segera menarik minat jutaan mata penonton, menjadikannya sebagai serial televisi yang paling ditunggu penayangannya setiap minggu, serta, menghantarkan banyak nama pengisi barisan pemerannya seperti Lulu Tobing, Jihan Fahira, Ari Wibowo, Adam Jordan, Jeremy Thomas, hingga Leily Sagita sebagai bintang televisi yang kemudian mengisi sejumlah program televisi popular lainnya. Meskipun kepopulerannya tidak mampu bertahan cukup lama, formula pengisahan yang dihadirkan Tersanjung secara perlahan mulai diikuti oleh banyak serial televisi lain yang diproduksi dan tayang sesudahnya. Continue reading Review: Tersanjung the Movie (2021)

Review: Mantan Manten (2019)

Diarahkan oleh Farishad Latjuba (Mantan Terindah, 2014), Mantan Manten berkisah mengenai kehidupan glamor seorang manajer investasi sukses, Yasnina (Atiqah Hasiholan), yang harus berakhir ketika dirinya dikhianati oleh pemimpin perusahaannya sendiri, Iskandar (Tio Pakusadewo). Dalam sekejap, harta Yasnina habis tak bersisa. Tidak hanya itu, rencana pernikahannya dengan sang tunangan, Surya (Arifin Putra), juga terancam batal. Sepenggal harapan muncul ketika asisten Yasnina, Ardy (Marthino Lio), mengingatkan dirinya bahwa ia masih memiliki sebuah villa yang terletak di Tawangmangu yang tidak disita karena akte kepemilikannya belum dituliskan atas nama Yasnina. Villa tersebut kini menjadi tumpuan harapan Yasnina untuk dapat bangkit kembali sekaligus mendukung usahanya untuk menyeret Iskandar ke pengadilan. Namun, usaha Yasnina untuk mengambil alih kepemilikan villa tersebut mendapatkan sebuah tantangan ketika pemilik lama villa, Koes Marjanti (Tutie Kirana), memiliki rencana lain kepada Yasnina. Sebuah rencana yang nantinya akan membuka mata sekaligus mengubah masa depan hidup dari Yasnina. Continue reading Review: Mantan Manten (2019)

Festival Film Indonesia 2018 Nominations List

Komite Festival Film Indonesia akhirnya mengumumkan daftar nominasi Festival Film Indonesia 2018and they’re pretty boldand spot on. Daripada berusaha memenuhi kuota sejumlah judul atau nama untuk mengisi satu kategori, Komite Festival Film Indonesia kali ini hanya memberikan nominasi pada deretan judul atau nama yang dinilai benar-benar telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Tidak mengherankan, mengingat minimnya penampilan kualitas film-film Indonesia yang tergolong mengesankan yang rilis di sepanjang tahun ini, beberapa kategori utama kemudian hanya memiliki tiga atau empat peraih nominasi. Dengan melakukan penilaian terhadap setiap film Indonesia yang rilis di layar bioskop pada jangka waktu 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017) berhasil menjadi film dengan raihan nominasi terbesar pada ajang Festival Film Indonesia 2018. Film yang juga menjadi unggulan Indonesia untuk berkompetisi di kategori Best Foreign Languange Film di Academy Awards mendatang tersebut sukses mencatatkan dirinya pada 15 kategori yang tersedia – termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Surya), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Marsha Timothy), dan Skenario Asli Terbaik (Surya, Rama Adi). Continue reading Festival Film Indonesia 2018 Nominations List

Review: Sultan Agung (2018)

Diarahkan bersama oleh Hanung Bramantyo (Kartini, 2017) dan x.Jo (Garuda: The New Indonesian Superhero, 2015), Sultan Agung memulai intrik ceritanya ketika Raden Mas Rangsang yang masih remaja (Marthino Lio) terpaksa harus menduduki posisi sebagai pemimpin bagi Kesultanan Mataram setelah meninggalnya sang ayah. Dengan gelar sebagai Sultan Agung Hanyakrakusuma, dirinya tidak lagi dapat lepas bermain dengan teman-teman sebayanya maupun memadu kasih dengan wanita pilihan hatinya, Lembayung (Putri Marino) – yang kebetulan berasal dari kelas sosial yang berbeda dengan dirinya. Meskipun begitu, dengan bantuan orang-orang kepercayaannya, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memiliki mimpi dan tekad untuk menyatukan seluruh pemimpin kerajaan di tanah Jawa mampu menjelma menjadi sosok yang kuat dan dicintai oleh rakyatnya. Namun, tantangan terbesar bagi kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma dewasa (Ario Bayu) hadir ketika tanah Jawa kedatangan para “pedagang” dari negeri Belanda yang menamakan diri mereka sebagai Vereenigde Oostindische Compagnie pimpinan Jan Pieterszoon Coen (Hans de Kraker). Reputasi Vereenigde Oostindische Compagnie yang seringkali berlaku tidak adil dan memiliki sejarah kelam dengan para penduduk di Kepulauan Banda membuat Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi was-was dan memerintahkan pasukan Kesultanan Mataram untuk bersiap-siap jika Vereenigde Oostindische Compagnie datang untuk menyerang. Continue reading Review: Sultan Agung (2018)

Review: The Guys (2017)

Lewat Hangout (2016), Raditya Dika memberikan kejutan pada banyak penikmat film Indonesia. Thriller comedy yang kemudian berhasil mengundang hampir tiga juta penonton selama masa penayangannya tersebut membuktikan bahwa pengarahan Dika mampu tumbuh dewasa dengan baik sekaligus memberikan warna baru bagi penceritaan komedi yang memang telah begitu melekat pada dirinya. Film terbaru arahan Dika, The Guys, juga hadir dengan nada pengisahan yang sama dewasanya dengan Hangout meskipun Dika kembali menghadirkan sajian komedi romansa dalam naskah cerita yang ia garap bersama Sunil Soraya dan Donny Dhirgantoro – dua penulis naskah yang sebelumnya telah bekerjasama dengan dirinya lewat Single (2015). Sayangnya, naskah yang sepertinya berusaha untuk menyentuh begitu banyak problema dari karakter-karakternya membuat pengarahan Dika terasa kehilangan banyak fokus yang berujung pada kegagalan The Guys untuk tampil dengan pengisahan yang lebih tajam. Continue reading Review: The Guys (2017)