Review: Potong Bebek Angsa (2012)


Potong-Bebek-Angsa-header

Tak ingin banyak penonton film Indonesia melupakan begitu saja atas kesan pahit yang ia berikan di awal tahun lewat Xia Aimei, sutradara Alyandra merilis sebuah film baru berjudul Potong Bebek Angsa tepat menjelang penutupan tahun 2012. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Hilman Mutasi (5 cm, 2012) dan Away Martianto (Mudik Lebaran, 2011), Potong Bebek Angsa sendiri adalah sebuah film yang berusaha menggabungkan sisi aksi dan komedi dalam presentasi ceritanya… meskipun, dalam kenyataannya, film ini sangat minim dalam menawarkan deretan adegan yang dapat dikategorikan sebagai adegan aksi… dan sangat, sangat, sangat tidak lucu untuk dikategorikan sebagai sebuah komedi. Bersiaplah untuk sebuah mimpi buruk yang akan mewarnai akhir tahun Anda!

 Potong Bebek Angsa – yang judulnya berasal dari judul salah satu lagu milik kelompok komedi, Super Senior, tanpa sama sekali memiliki keterikatan dengan jalan cerita film ini – berkisah mengenai dua bersaudara, Sasha (Olivia Jensen) dan Masen (Boy William), serta sahabat Masen yang semenjak lama telah memendam rasa suka pada Sasha, Otong (Ricky Harun). Masen sendiri telah berulangkali memperingati Otong agar dirinya tidak lagi berusaha untuk mendekati Sasha, khususnya ketika Sasha sedang bersiap-siap untuk melanjutkan sekolahnya luar negeri. Pun begitu, layaknya pejuang cinta kelas teri lainnya, Otong sama sekali tidak pernah berniat untuk menyerah dalam mendekati Sasha.

Anyway… permasalahan utama dalam film ini muncul ketika pada suatu malam, Sasha mendapatkan undangan untuk menghadiri sebuah pesta kostum dari sahabatnya. Karena tidak ingin datang ke pesta tersebut sendirian, Sasha akhirnya memutuskan untuk mengajak Masen dan Otong. Sialnya, bukannya sampai ke pesta kostum yang diadakan temannya, ketiganya justru terjebak di sebuah pesta yang sebenarnya diadakan oleh sekelompok penjahat. Tidak mengetahui hal tersebut, Sasha, Masen dan Otong justru terus bersenang-senang… hingga akhirnya mereka esoknya tersadar di sebuah tempat yang sama sekali tidak mereka kenal. Tidak berhenti disitu, ketiganya kemudian menjadi incaran banyak penjahat yang meminta mereka untuk mengembalikan beberapa benda berharga yang sama sekali tidak diketahui dimana keberadaannya.

Akan mengingatkan banyak orang terhadap The Hangover (2009), Hilman Mutasi dan Away Martianto sepertinya tidak benar-benar tahu mengenai apa yang sebenarnya ingin mereka sajikan pada Potong Bebek Angsa. Di sepanjang 75 menit durasi penceritaannya, Potong Bebek Angsa hanya terlihat untuk berusaha lucu – yang gagal secara keseluruhan – dengan menggabungkan beberapa plot cerita yang sama sekali jauh dari kesan masuk akal. Pengarahan yang diberikan Alyandra juga sama buruknya. Adegan aksi yang dihadirkan tidak pernah mampu tampil meyakinkan dan hanya terkesan tempelan belaka. Jalan cerita film ini juga tidak pernah mampu terlihat menarik dengan setiap plotnya terlihat hadir dengan penceritaan yang sangat berantakan.

Karakter-karakter dalam jalan cerita Potong Bebek Angsa juga dihadirkan secara dangkal – yang menjelaskan mengapa penampilan dari jajaran pengisi departemen akting film ini hadir dalam kapasitas yang begitu terbatas. Boy William hadir dengan penampilan yang memaksanya harus tampil temperamental setiap saat. Ricky Harun harus berusaha melucu… dan gagal secara sepenuhnya – dan seringkali terlihat mengesalkan. Sementara itu, Olivia Jensen hanya mampu diselamatkan oleh penampilannya yang jelita. Selain itu, Olivia jelas terlihat terjebak dalam perannya yang mengharuskannya tampil merengek-rengek di sepanjang cerita. Penampilan jajaran pemeran pendukung lainnya seperti Oka Sugawa, Ferry Salim, George Rudy, Dewi Rezer dan Max Don juga sama sekali tidak mampu membantu. Kebanyakan hanya hadir untuk menambah ramai jumlah karakter di dalam jalan cerita film tanpa adanya esensi dari arti kehadiran mereka sebenarnya.

Satu-satunya hal yang mungkin dapat diberikan kesan positif dalam film ini mungkin adalah usaha Alyandra untuk menghadirkan kemasan yang cukup atraktif di sepanjang penceritaan Potong Bebek Angsa dengan menampilkan efek visual yang menarik. Selain itu, film ini jelas tampil begitu lemah. Kehadiran kelompok komedi Super Senior yang beranggotakan Andre Taulani, Sule, Nunung, Azis Gagap, Parto, Adul dan Opie Kumis juga terlalu dipaksakan dan hanya berkesan sebagai gimmick belaka. Dengan jalan cerita yang tidak atraktif, karakter-karakter yang begitu dangkal serta pengarahan cerita yang begitu berantakan, Potong Bebek Angsa dipastikan akan menjadi sebuah film buruk lain dalam catatan filmografi Alyandra.

popcornpopcornpopcorn2popcorn2popcorn2

Potong Bebek Angsa (Falcon Pictures, 2012)
Potong Bebek Angsa (Falcon Pictures, 2012)

Potong Bebek Angsa (2012)

Directed by Alyandra Produced by Frederica Written by Hilman Mutasi, Away Martianto Starring Olivia Jensen Lubis, Boy William, Ricky Harun, George Rudy, Max Don, Dewi Rezer, Oka Sugawa, Ferry Salim Music by Dono Firman Cinematography Teuku Rama Khatulistiwa Editing by Cesa David Luckmansyah, Ryan Purwoko Studio Falcon Pictures Running time 75 minutes Country Indonesia Language Indonesian

5 thoughts on “Review: Potong Bebek Angsa (2012)”

  1. Dari trailer-nya sendiri sudah banyak “kejayusan” yang diperlihatkan. Sepertinya di film-nya malah makin banyak, ya. Nice review seperti biasa, Gan!

  2. Wah bang amir.itu credit titlenya tercopy paste apa dgn amour?y saking emohny kali y mereview ni film hehe. Ditunggu review cinta tp bedanya bro. Mumpung br minggu dpn sy ntn hehe

  3. Jgn sampe dah saya tonton film ini. Padahal Desember ini saya lg semangat2nya ntn film Indo di bioskop. Berturut2 film 5cm, Habibie&Ainun dan Cinta Tapi Beda. Film ini akan merontokkan mood saya yg sedang berusaha menyukai film Indo. Jelas2premisnya jiplak The Hangover.
    BTW saya tunggu review Cinta Tapi Beda mas Amir. Semalem saya udah tonton. Kalo pendapat dr saya, alur filmnya terlalu monoton. Dan jg dr judul sudah terlihat isi filmnya mau dibawa kemana. Pesan toleransi yg diangkat pun sepertinya terlalu dipaksakan bahkan ada yg melecehkan,IMO. Positifnya, konfliknya natural dgn realita yg ada. . Oiya, nanti pas review, kasih 1 paragraf pembanding film ini dgn film Cin(T)a – 2009 ya. . Soalnya menurut saya film ini ga ada bedanya kecuali dr segi akting, film Cin(T)a kaku abis.
    Makasi mas Amir sebelumnya 🙂

Leave a Reply