Category Archives: Review

Review: Enola Holmes 2 (2022)

Menjadi salah satu film yang terkena dampak keberadaan pandemi COVID-19 yang membuat perilisannya berpindah dari layar bioskop ke layanan digital melalui Netflix, Enola Holmes (Harry Bradbeer, 2020) justru mampu meraih kesuksesan dan hingga saat ini tercatat sebagai salah satu film rilisan Netflix yang paling banyak ditonton sepanjang masa. Tidak terlalu mengherankan. Dengan daya tarik jajaran pemerannya yang diisi nama-nama seperti Millie Bobby Brown – yang namanya kala itu baru saja mengangkasa berkat kesuksesan serial Stranger Things (2016 – 2022), Henry Cavill, hingga Helena Bonham Carter, paparan misteri dari seri Sherlock Holmes yang masih memiliki banyak penggemar setia, hingga penggarapan Bradbeer yang solid menghasilkan tuturan yang begitu menyenangkan untuk diikuti bagi Enola Holmes – khususnya pada saat dimana banyak orang masih terkurung di kediaman mereka akibat masa karantina pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Continue reading Review: Enola Holmes 2 (2022)

Review: Inang (2022)

Di tengah gempuran horor yang mengisi layar bioskop di tanah air, cukup menyenangkan untuk menyaksikan Inang. Menjadi presentasi horor pertama yang diarahkan oleh Fajar Nugros (Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama, 2022), Inang bukanlah sajian yang komposisi utama ceritanya hanya berniat untuk mengagetkan atau menakut-nakuti penontonnya. Adegan-adegan teror tersebut masih ada, namun kengerian yang ditonjolkan dalam film ini lebih banyak berasal dari paduan akan eksplorasi yang dilakukan Nugros serta penulis naskah Deo Mahameru terhadap tata pengisahan folk horror yang menggunakan kepercayaan atau mitos masyarakat dalam membangun ketegangan cerita dengan teror psikologis yang datang dari atmosfer kesunyian yang mampu diciptakan mencekam serta penampilan efektif para jajaran pemeran film. Kombinasi yang mampu menyokong Inang menjadi salah satu sajian horor terbaik tahun ini. Continue reading Review: Inang (2022)

Review: Kalian Pantas Mati (2022)

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Alim Sudio (Miracle in Cell No. 7, 2022) berdasarkan film horor asal Korea Selatan yang berjudul Mourning Grave (Oh In-chun, 2014), Kalian Pantas Mati bercerita tentang kehidupan seorang pemuda bernama Rakka (Emir Mahira) yang dianugerahi kemampuan untuk berkomunikasi dengan para roh dari orang-orang yang telah meninggal namun masih bergentayangan di sekitaran manusia. Biasanya, para roh tersebut mencoba berkomunikasi untuk meminta bantuan Rakka dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka yang belum selesai di dunia. Tidak heran, ketika sesosok hantu cantik yang mengaku sama sekali tidak mengingat nama maupun siapa dirinya (Zee JKT48) datang menghampirinya, Rakka menduga sang hantu juga akan meminta bantuannya. Namun, sang hantu ternyata hanya ingin menemani Rakka karena merasa kesepian dengan kehidupannya sebagai hantu. Di saat yang bersamaan, beberapa anak di tempat Rakka bersekolah menghilang secara misterius. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Rakka mulai mencari tahu tentang misteri kelam yang sedang menyelimuti sekolahnya. Continue reading Review: Kalian Pantas Mati (2022)

Review: Pamali (2022)

Setelah DreadOut (2019) – yang posisinya hampir saja digantikan oleh Jailangkung: Sandekala (2022) sebagai film terburuk dalam filmografi sutradara Kimo Stamboel – kini Pamali menjadi film layar lebar teranyar yang alur pengisahannya diadaptasi dari permainan video berjudul sama. Masih membawakan warna horor, film arahan Bobby Prasetyo (Eyang Putri, 2021) ini memiliki alur pengisahan yang terasa begitu familiar bahkan jika Anda sama sekali belum pernah mendengar apapun tentang permainan videonya. Dikisahkan, pasangan muda, Jaka Sunarya (Marthino Lio) dan Rika (Putri Ayudya), mendatangi rumah peninggalan orangtua Jaka Sunarya yang sebenarnya telah cukup lama tidak dikunjungi dengan niatan untuk tinggal beberapa hari guna membersihkannya sebelum kemudian dijual. Seperti yang dapat diduga, sejak pertama kali Jaka Sunarya dan Rika menginjakkan kakinya, atmosfer kelam dan tidak menyenangkan dengan segera menyeruak dari rumah itu. Dengan kondisinya yang sedang hamil tua, Rika meminta kepada sang suami agar keduanya dapat segera meninggalkan lokasi menyeramkan tersebut. Continue reading Review: Pamali (2022)

Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Jailangkung: Sandekala jelas merupakan usaha teranyar untuk menghidupkan sekaligus memberikan penyegaran bagi seri film Jailangkung. Kini diarahkan oleh Kimo Stamboel (Ivanna, 2022), film yang naskah ceritanya ditulis oleh Stamboel bersama dengan Rinaldy Puspoyo (Dilema, 2012) sendiri tidak memiliki keterikatan kisah dengan film-film Jailangkung sebelumnya, baik dua film Jailangkung (2017 – 2018) arahan Jose Poernomo dan Rizal Mantovani – meskipun sebuah adegan dalam film ini memberikan rujukan kecil bagi kedua film tersebut – maupun Jelangkung (2001) garapan Poernomo dan Mantovani yang legendaris itu beserta film-film sekuel dan lepasannya yang dirilis hingga tahun 2007 serta melibatkan Dimas Djayadiningrat dan Angga Dwimas Sasongko untuk duduk di kursi penyutradaraan. Jailangkung: Sandekala bahkan dihadirkan dengan tata penuturan bernuansa misteri investigasi yang jelas cukup menjauh dari atmosfer horor supranatural yang dibawakan oleh film-film Jelangkung/Jailangkung sebelumnya. Continue reading Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Review: Gendut Siapa Takut?! (2022)

Diadaptasi dari novel karangan Alnira yang berjudul sama, film terbaru arahan Pritagita Arianegara (Surga yang Tak Dirindukan 3, 2021), Gendut Siapa Takut?!, bercerita tentang seorang penulis novel romansa sukses bernama Moza Aphrodite (Marshanda) yang meskipun memiliki ukuran tubuh yang tidak proporsional namun selalu merasa percaya diri dengan berbagai kemampuan dan pencapaian yang telah berhasil diraihnya. Tetap saja, dengan usia yang terus bertambah, dan kedua orangtua (Tora Sudiro dan Cut Mini) yang terus mendesak, mendapatkan pasangan hidup kini seringkali menjadi fokus dan beban pemikirannya. Moza Aphrodite sebenarnya menyimpan rasa suka kepada Dafian Jatmiko (Marthino Lio), seorang sutradara film terkenal yang akan memfilmkan novelnya. Namun, dirinya enggan untuk bersaing dengan seorang model sekaligus aktris bernama Anggun (Jihane Almira) yang juga sedang berusaha mendapatkan perhatian Dafian Jatmiko. Di lain kesempatan, Moza Aphrodite bertemu kembali dengan Nareswara Radeva (Wafda Saifan Lubis), teman sekelasnya yang dahulu sering menjadikan tubuh gendutnya sebagai bahan ejekan namun sekarang telah berprofesi sebagai seorang dosen dan datang menemui Moza Aphrodite untuk meminta maaf. Pertemuan dengan Nareswara Radeva ternyata perlahan memicu rasa suka di hati Moza Aphrodite. Continue reading Review: Gendut Siapa Takut?! (2022)

Review: Mendarat Darurat (2022)

Film cerita panjang kedua yang ditulis, diarahkan, serta dibintangi oleh Pandji Pragiwaksono setelah Partikelir (2018), Mendarat Darurat, memiliki premis cerita yang cukup menarik. Linimasa pengisahannya dibuka dengan tuturan tentang kehidupan pernikahan antara Glenn (Reza Rahadian) dengan Maya (Marissa Anita) yang mulai terasa hambar. Glenn, khususnya, mulai merasa kesehariannya seperti berada di dalam penjara akibat Kania yang seringkali mengomeli serta mencurigainya berselingkuh. Pertahanan rasa kesetiaan Glenn terhadap sang istri kemudian goyah ketika salah seorang rekan kerjanya, Kania (Luna Maya), memberikan perhatian lebih kepada dirinya. Glenn lantas memutuskan untuk benar-benar berselingkuh. Dengan menggunakan alasan tugas ke luar kota kepada Maya, Glenn mengajak Kania untuk menghabiskan waktu berdua di sebuah kamar hotel. Sial, ketika sedang berdua, Glenn dan Kania menerima kabar pesawat yang seharusnya dinaiki Glenn untuk bertugas ke luar kota jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya. Situasi yang jelas menjebak Glenn dalam dilema mendalam: ia tidak mungkin selamanya berpura-pura mati, namun niatannya berselingkuh dengan Kania tentu akan ketahuan jika ia menghubungi dan mengakui hal yang sebenarnya kepada Maya. Continue reading Review: Mendarat Darurat (2022)

Review: Miracle in Cell No. 7 (2022)

Berbeda dengan adaptasi asal Turki berjudul sama (Mehmet Ada Öztekin, 2019) yang menggunakan premis serupa namun dengan sejumlah perubahan signifikan pada elemen cerita guna lebih menonjolkan unsur pengisahan drama, versi buat ulang teranyar dari Miracle in Cell No. 7 (Lee Hwan-kyung, 2013) yang diarahkan oleh sutradara Hanung Bramantyo (Satria Dewa: Gatotkaca, 2022) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Alim Sudio (Sayap Sayap Patah, 2022) lebih memilih untuk tetap setia pada garis besar alur pengisahan drama komedi yang sebelumnya telah diterapkan oleh Lee. Linimasa ceritanya dimulai dengan usaha seorang pengacara bernama Kartika (Mawar de Jongh) untuk membuka kembali kasus kejahatan yang dahulu dituduhkan kepada ayahnya, Dodo Rozak (Vino G. Bastian), dan lantas membuat sang ayah yang merupakan penyandang disabilitas mental menerima hukuman mati. Mengumpulkan kembali orang-orang yang dahulu sempat mengenal sang ayah ketika dirinya berada di dalam penjara, mulai dari rekan-rekan satu selnya, Japra (Indro Warkop), Jaki (Tora Sudiro), Bewok (Rigen Rakelna), Atmo (Indra Jegel), dan Bule (Bryan Domani), hingga kepala sipir yang dahulu bertugas, Hendro Sanusi (Denny Sumargo), Kartika bertekad untuk membersihkan nama ayahnya dari tuduhan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Continue reading Review: Miracle in Cell No. 7 (2022)

Review: Noktah Merah Perkawinan (2022)

Seperti halnya Mumun (Rizal Mantovani, 2022), dan juga Si Doel the Movie (Rano Karno, 2018) dan juga Keluarga Cemara (Yandy Laurens, 2019) dan juga Tersanjung the Movie (Hanung Bramantyo, Pandhu Adjisurya, 2021) dan juga Losmen Bu Broto (Ifa Isfansyah, Eddie Cahyono, 2021), alur pengisahan Noktah Merah Perkawinan diadaptasi dari serial televisi berjudul sama yang begitu popular – jika tidak ingin menyebutnya sebagai ikonik – ketika ditayangkan di pertengahan dekade 1990an. Seperti yang dapat dicerna dari judulnya, serial televisi yang mengudara selama tiga musim dari tahun 1996 hingga tahun 1998 ini bertutur tentang kehidupan pernikahan para karakter utamanya, Priambodo (Cok Simbara) dan Ambarwati (Ayu Azhari – yang juga turut berperan dalam film ini), yang banyak mendapatkan distraksi dari pihak-pihak luar. Premis yang sederhana namun memuat cukup banyak intrik yang membuat serial tersebut dapat berjalan langgeng selama puluhan episode. Continue reading Review: Noktah Merah Perkawinan (2022)

Review: Mumun (2022)

Diadaptasi dari serial televisi berjudul Jadi Pocong yang sempat cukup populer ketika tayang pada tahun 2002 – 2003 silam, Mumun yang menjadi film horor terbaru yang diarahkan oleh sutradara Rizal Mantovani (Kuntilanak 3, 2022) ini memulai linimasa penceritaannya dengan memperkenalkan dua karakter saudara kembar, Mimin dan Mumun (keduanya sama-sama diperankan oleh Acha Septriasa). Meskipun kembar, Mimin dan Mumun memiliki perangai yang saling bertolak belakang. Ketika Mimin memilih untuk mengejar ambisinya untuk menjadi sosok yang sukses dengan bekerja di kota, Mumun justru memilih untuk menjalani kehidupan yang sederhana dengan tinggal di kampung bersama kedua orangtuanya (Atet Zakaria dan Oce Permatasari) sembari membuka warung dan menunggu dirinya dilamar oleh sang kekasih, Juned (Dimas Aditya). Sial, sebelum impiannya untuk menikah terwujud, Mumun tewas akibat kecelakaan ketika dirinya sedang dikejar oleh seorang preman bernama Jefri (Volland Humonggio) yang memang semenjak lama telah menaruh hati pada dirinya. Bagaikan kemalangan yang tak berkesudahan, ketika jasadnya dikebumikan, tali kain kafan Mumun lupa dibukakan oleh sang penggali kubur, Husein (Mandra). Arwah Mumun pun bangkit sebagai sosok pocong bermata hijau yang kini menebar teror ke seisi kampung. Continue reading Review: Mumun (2022)

Review: Mencuri Raden Saleh (2022)

Apakah Mencuri Raden Saleh adalah film bertemakan pencurian pertama yang dibuat oleh sineas Indonesia? Tidak. The Professionals (Affandi Abdul Rachman, 2016) – dengan departemen akting yang diisi nama-nama besar seperti Fachri Albar, Arifin Putra, Lukman Sardi, hingga Imelda Therinne – telah mengeksplorasi wilayah pengisahan tersebut terlebih dahulu – meskipun dengan hasil akhir yang jauh dari memuaskan. Gelar “film heist pertama buatan sineas Indonesia” bahkan cukup gencar digunakan The Professionals di sepanjang masa promosinya. Kini, Angga Dwimas Sasongko mencoba menjejakkan kakinya di ranah penceritaan tersebut. Dan dengan bantuan barisan pelakon muda serta naskah cerita yang digarapnya bersama dengan Husein M. Atmodjo (22 Menit, 2018), Sasongko tidak hanya berhasil menggarap sebuah heist movie yang efektif namun juga mampu menghadirkan film terbaik di sepanjang karir pengarahannya hingga saat ini. Continue reading Review: Mencuri Raden Saleh (2022)

Review: 12 Cerita Glen Anggara (2022)

Diadaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Luluk HF, 12 Cerita Glen Anggara disajikan sebagai film lepasan dari Mariposa (2020) yang masih diarahkan oleh Fajar Bustomi. 12 Cerita Glen Anggara sendiri memberikan fokus penceritaannya pada sosok karakter Glen Anggara (Junior Roberts) yang merupakan sahabat dari salah satu karakter utama dalam cerita Mariposa, Iqbal (Angga Yunanda). Dikisahkan, Glen Anggara yang belum pernah berpacaran sebelumnya, mendapatkan ajakan untuk berpacaran dari kakak kelasnya, Shena Rose (Prilly Latuconsina). Ajakan tersebut bukan tanpa sebab. Shena Rose mengidap gagal ginjal kronis yang membuat dokter memvonis hidupnya tidak lama lagi. Shena Rose lantas membuat daftar 12 hal yang ingin ia lakukan sebelum ajal menjemputnya dan berpacaran adalah hal pertama yang berada di daftar tersebut. Awalnya, Glen Anggara menolak permintaan aneh tersebut. Namun, setelah mengetahui kondisi Shena Rose, Glen Anggara setuju untuk menjadi pacar sekaligus bertekad untuk membantu gadis tersebut mewujudkan seluruh daftar keinginannya. Continue reading Review: 12 Cerita Glen Anggara (2022)

Review: Nope (2022)

Ada sentuhan yang berbeda dalam horor terbaru persembahan dari Jordan Peele, Nope. Hadir dalam skala produksi yang terasa mendekati ukuran blockbuster dan jelas jauh lebih megah jika dibandingkan dengan Get Out (2017) maupun Us (2017), Nope menghadirkan usaha Peele untuk menghadirkan kisah misteri akan makhluk angkasa luar yang terinspirasi film-film semacam Close Encounters of the Third Kind (Steven Spielberg, 1977) dan Signs (M. Night Shyamalan, 2002). Sebuah ranah pengisahan baru yang dipenuhi oleh pelbagai ide eksentrik a la Peele dengan sejumlah sentilan akan isu sosial dan politik yang, tentu saja, selalu mampu diselipkan Peele dalam setiap penuturan film-filmnya. Cukup menjanjikan, walaupun, sayangnya, dihadirkan dengan eksekusi dari Peele yang tidak mampu menghidupkan potensi cerita tersebut secara utuh. Continue reading Review: Nope (2022)